Hammad Hendra
Rabu, Desember 10, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Indonesia jadi peringkat keempat eksportir rokok dunia, ekspor teman sapu lantai 1,16 miliar USD. (Dok. Campus League) |
PEWARTA.CO.ID — Indonesia semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemain besar dalam industri rokok dunia.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pada triwulan III 2025, Indonesia berhasil menempati urutan keempat sebagai eksportir produk rokok dengan nilai ekspor mencapai 1,16 miliar dolar AS.
Angka ini semakin mendekati capaian ekspor pada 2024 yang tercatat sebesar 1,85 miliar dolar AS, dan mengalami lonjakan signifikan dibandingkan dengan nilai ekspor pada 2020 yang hanya berada di kisaran 950 juta dolar AS.
Merrijantij Punguan Pintaria, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin, mengatakan bahwa rokok elektrik, khususnya produk liquid, memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian ekspor pada 2024.
“Saya yakin kontribusi dari rokok elektrik liquid ini cukup besar karena saya dapat info banyak yang melakukan eksportasi untuk produk-produknya dan produk kita diminati karena banyak cita rasanya,” ujarnya dalam acara Musyawarah Nasional Perkumpulan Produsen E-Liquid Indonesia (PPEI) di Jakarta Pusat, Rabu (10/12/2025).
Indonesia juga eksportir rokok elektronik besar
Selain rokok konvensional, Indonesia juga tercatat sebagai eksportir rokok elektronik dengan peringkat keenam dunia.
Nilai ekspor rokok elektronik pada 2025 diperkirakan mencapai 323 juta dolar AS.
Ini semakin menguatkan posisi Indonesia di pasar global rokok, yang kini tak hanya bergantung pada produk tembakau tradisional, tetapi juga di sektor rokok elektrik yang semakin berkembang.
Merrijantij menekankan pentingnya sektor industri hasil tembakau sebagai penyumbang devisa terbesar bagi negara melalui ekspor.
Ia juga mengingatkan para pelaku usaha untuk terus menjaga kekompakan dan berinovasi agar industri ini tetap solid dan kompetitif di pasar internasional.
“Industri ini perlu terus menunjukkan kontribusi positif bagi perekonomian dengan tetap menjaga etika, mengedepankan aspek kesehatan, serta meminimalkan dampak aktivitas merokok, baik konvensional maupun elektrik,” tuturnya.
Tantangan di balik sukses: Menjaga ketahanan industri
Meskipun industri rokok Indonesia menunjukkan performa ekspor yang impresif, ada sejumlah tantangan yang perlu dihadapi.
Merrijantij menyebutkan bahwa sektor ini menghadapi tekanan yang jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Salah satunya adalah kondisi produsen e-liquid yang mengalami penurunan signifikan.
Dari sekitar 300 perusahaan di sektor ini, sebanyak 130 perusahaan telah gulung tikar, meninggalkan 170 perusahaan yang masih beroperasi.
Baru-baru ini, muncul 30 pemain baru yang membuat jumlah total produsen e-liquid yang masih bertahan mencapai 200 perusahaan.
“Ya Alhamdulillah, at least kalau enggak bisa bertemu, paling tidak bertahan. Di 200 ini kita maintain dengan utilisasi yang semakin baik ke depannya,” tambah Merrijantij.



















































