Israel Serang Lebanon Sehari Setelah Pembicaraan Langsung untuk Pertama Kalinya Sejak Puluhan Tahun

18 hours ago 9

Redaksi Pewarta.co.id

Redaksi Pewarta.co.id

Jumat, Desember 05, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Israel Serang Lebanon Sehari Setelah Pembicaraan Langsung untuk Pertama Kalinya Sejak Puluhan Tahun
Israel Serang Lebanon Sehari Setelah Pembicaraan Langsung untuk Pertama Kalinya Sejak Puluhan Tahun. (Foto: Dok. The Economist)

PEWARTA.CO.ID — Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali meningkat setelah Israel melancarkan serangan udara ke Lebanon selatan, hanya beberapa jam setelah kedua negara untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade duduk dalam satu forum pembicaraan langsung.

Serangan ini terjadi di tengah situasi gencatan senjata yang sudah rapuh dan upaya diplomasi internasional yang terus diupayakan oleh komunitas global.

Serangan pada Kamis (4/12/2025) malam itu menyasar wilayah yang selama ini dianggap Israel sebagai tempat penyimpanan senjata milik Hizbullah.

Meski tidak ada laporan korban jiwa, eskalasi terbaru ini menambah panjang ketegangan antara Israel dan kelompok bersenjata yang didukung Iran tersebut.

Situasi semakin pelik mengingat langkah diplomatik baru saja dimulai kembali melalui pertemuan langsung yang difasilitasi PBB di Naqoura.

Di sisi lain, pemerintah Lebanon belum memberikan komentar atas serangan terbaru tersebut. Namun, para politisi negara itu sebelumnya kerap mengecam tindakan serupa sebagai bentuk pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang berlaku sejak November 2024.

Israel kembali luncurkan serangan ke Lebanon

Serangan udara terbaru ini terjadi di beberapa wilayah, termasuk Mjadel, Baraachit, Jbaa, dan Mahrouna. Warga setempat diminta mengungsi dari area yang dituding Israel sebagai lokasi penyimpanan senjata Hizbullah.

Sumber BBC, Jumat (5/12/2025), mengutip keterangan juru bicara militer Israel yang menyebut bahwa titik-titik tersebut merupakan pelanggaran terhadap gencatan senjata yang telah disepakati.

Juru bicara itu memperingatkan bahwa Israel akan terus melakukan operasi “untuk menghilangkan ancaman apa pun” terhadap negaranya. Pernyataan tersebut menegaskan kembali posisi Israel yang dalam beberapa pekan terakhir meningkatkan serangan udara di berbagai titik strategis perbatasan.

Israel mengeklaim eskalasi militer ini merupakan tanggapan terhadap upaya Hizbullah membangun kembali infrastruktur militer di wilayah selatan.

Para pejabat Israel menilai pemerintah Lebanon dinilai tidak cukup tegas dalam menindak kelompok tersebut atau mendorong pelucutan senjata seperti yang disepakati dalam gencatan senjata.

Sementara itu, dalam kesepakatan gencatan senjata tahap pertama yang ditengahi AS dan Prancis, Israel seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon selatan.

Di saat bersamaan, Hizbullah diwajibkan mundur hingga ke utara Sungai Litani sejauh 30 kilometer dari perbatasan. Namun, rencana ini mendapat penolakan dari Hizbullah dan sekutunya.

Hingga kini, Israel tetap mempertahankan sejumlah titik strategis di kawasan perbatasan dan terus melancarkan serangan hampir setiap hari sejak November 2024, masa di mana gencatan senjata mulai diberlakukan setelah 13 bulan konflik.

Pertemuan langsung pertama Israel–Lebanon dalam puluhan tahun

Serangan hari Kamis (4/12) datang hanya beberapa jam setelah momentum bersejarah tercipta, di mana utusan Israel dan Lebanon bertemu langsung di Naqoura, sebuah kota perbatasan Lebanon.

Pertemuan itu berlangsung di markas misi penjaga perdamaian PBB, Unifil, dan menjadi pembicaraan langsung pertama sejak beberapa dekade silam.

Dialog ini diadakan dalam rangka pertemuan komite pemantau gencatan senjata, yang sebelumnya hanya terdiri dari perwira militer dari AS, Prancis, Lebanon, Israel, dan Unifil. Untuk pertama kalinya, perwakilan sipil dari kedua negara hadir langsung.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut pertemuan itu “berlangsung dalam suasana yang baik”.

"Disepakati bahwa gagasan-gagasan akan dirumuskan untuk memajukan kemungkinan kerja sama ekonomi antara Israel dan Lebanon".

Pernyataan kantor perdana menteri juga menegaskan bahwa Israel tetap menekankan syarat utama dalam setiap kemajuan hubungan kedua negara.

Utusan Israel “menegaskan bahwa pelucutan senjata Hizbullah adalah wajib, terlepas dari kemajuan kerja sama ekonomi”.

Namun, respon dari pihak Lebanon jauh lebih berhati-hati. Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam menepis anggapan bahwa pertemuan itu merupakan langkah menuju normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

"Kami belum memasuki perundingan damai," katanya kepada wartawan.

Ia menegaskan bahwa fokus utama Lebanon tetap pada upaya meredakan ketegangan, bukan membuka proses perdamaian formal.

Salam juga menekankan tiga prioritas Lebanon: penghentian permusuhan, pembebasan tahanan Lebanon yang ditahan Israel, serta penarikan penuh pasukan Israel dari seluruh wilayah Lebanon.

Lebanon, menurut Salam, terbuka terhadap kemungkinan pengerahan pasukan Prancis dan AS untuk memverifikasi pelaksanaan pelucutan senjata Hizbullah, sebuah poin krusial dalam gencatan senjata yang hingga kini belum berjalan efektif.

Kunjungan DK PBB dan masa depan gencatan senjata

Serangan Israel dan pertemuan diplomatik itu berlangsung bersamaan dengan kunjungan delegasi Dewan Keamanan PBB ke Lebanon. Mereka meninjau langsung implementasi gencatan senjata yang hingga kini dinilai mandek dan penuh pelanggaran dari kedua belah pihak.

Kunjungan ini dianggap sebagai upaya internasional untuk menekan kedua negara agar kembali ke jalur diplomasi, terutama setelah situasi keamanan sepanjang perbatasan semakin tidak stabil.

Dalam beberapa bulan terakhir, eskalasi kekerasan dan bentrokan sporadis terus terjadi meski ada gencatan senjata resmi.

Serangan terbaru dari Israel berpotensi menghambat perkembangan diplomasi yang mulai menunjukkan titik terang lewat pertemuan langsung di Naqoura.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |