Mahasiswa UMS Raih Medali Perak Dunia Lewat Aplikasi Fisioterapi Digital Inovatif Bernama Physio Connect

10 hours ago 9

Redaksi Pewarta.co.id

Redaksi Pewarta.co.id

Sabtu, November 08, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Mahasiswa UMS Raih Medali Perak Dunia Lewat Aplikasi Fisioterapi Digital Inovatif Bernama Physio Connect
Mahasiswa UMS Raih Medali Perak Dunia Lewat Aplikasi Fisioterapi Digital Inovatif Bernama Physio Connect

PEWARTA.CO.ID — Kebutuhan masyarakat terhadap layanan fisioterapi di Indonesia terus meningkat, seiring kesadaran akan pentingnya perawatan fisik dan pemulihan pascacedera. Sayangnya, keterbatasan akses di daerah pedesaan masih menjadi hambatan besar bagi mereka yang membutuhkan layanan ini.

Melihat kondisi tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berinisiatif menciptakan solusi berbasis teknologi bernama Physio Connect: Smart and Intelligent of Self Care and Clinical Treatment. Inovasi ini berhasil membawa mereka meraih medali perak pada ajang bergengsi Indonesia Inventors Day (IID) 2025, setelah bersaing dengan ratusan karya inovatif dari berbagai negara.

Tim pengembang aplikasi ini terdiri dari mahasiswa Program Studi Fisioterapi dan Bisnis Digital UMS, yakni Urip Pamungkas Jati Dharma (ketua), Hafidh Erli Nurdin Pratama, Meitha Wila Roseyani, Yudha Wirajati, Shandhi Putri Wahyu Sartika, Nabil Oktora Ramadhan, dan Jafar Annashirudin, dengan bimbingan dosen pendamping Arif Pristianto, SST.FT., Ftr., M.Fis.

“Awalnya saya dan dua teman hanya ikut lomba-lomba nasional, kemudian menang, dan dari situ Pak Arif memberi ide, bagaimana kalau dikembangkan ke tingkat internasional,” ungkap Urip Pamungkas, saat ditemui pada Selasa (7/10/2025).

Urip mengisahkan bahwa ide tersebut berawal dari kolaborasi mahasiswa Fisioterapi yang kemudian menggandeng mahasiswa Bisnis Digital.

“Karena aplikasinya berbasis digital, kami butuh rekan yang paham di bidang itu. Akhirnya kami gandeng teman dari Bisnis Digital untuk bantu dari sisi teknis dan bisnisnya,” ujarnya.

Inovasi ini muncul dari keresahan terhadap kesenjangan akses layanan fisioterapi antara wilayah kota dan desa.

“Banyak masyarakat di daerah yang kesulitan mengakses layanan fisioterapi. Sementara kebutuhan layanan fisioterapi kian meningkat, layanan yang ada saat ini justru masih terpusat di perkotaan. Dari situ kami ingin menghadirkan solusi berbasis teknologi,” jelas Urip.

Aplikasi Physio Connect dibekali beragam fitur canggih, seperti Journal Link yang memudahkan pengguna dan terapis mengakses jurnal ilmiah berbasis bukti (evidence-based physiotherapy).

“Kami ingin menjembatani kebutuhan akan literasi ilmiah dalam praktik fisioterapi,” terangnya.

Selain itu, fitur Exercise Fit membantu pengguna menjalankan program latihan sesuai kebutuhan masing-masing.

“Fitur ini memungkinkan pengguna mengetahui intensitas, repetisi, hingga cara melakukan latihan yang benar. Semua terintegrasi dengan referensi jurnal ilmiah agar program latihan kredibel,” tambah Urip.

Fitur lain yang menarik adalah Telephysio, layanan konsultasi jarak jauh antara pasien dan fisioterapis.

“Biasanya konsultasi harus datang langsung, tapi dengan Telephysio, pasien yang memiliki kendala saat ingin melakukan konsultasi kepada fisioterapis tetap bisa berkonsultasi secara daring,” tuturnya.

Selain itu, tersedia pula fitur Near Therapy untuk menemukan klinik fisioterapi terdekat serta Posture IQ yang mampu menganalisis postur tubuh melalui foto dan memberikan rekomendasi latihan korektif.

Pengembangan aplikasi ini memakan waktu sekitar empat bulan sebelum kompetisi.

“Kami mulai dari semester empat, dan proses development aplikasinya sekitar tiga sampai empat bulan sebelum lomba,” kata Urip.

Menghadapi kompetisi internasional, tim UMS ini sempat merasa minder.

“Pesaingnya dari berbagai negara, bahkan ada dari Korea yang teknologinya lebih maju. Tapi kami jadikan itu motivasi agar tetap percaya diri dan menunjukkan bahwa ide dari mahasiswa Indonesia juga punya potensi besar,” ujar Urip penuh semangat.

Menurut Urip, mengikuti lomba internasional menjadi pengalaman paling berkesan selama kuliah.

“Ini pertama kalinya saya ikut lomba internasional, dan dipertemukan dengan tim yang luar biasa. Perjuangan bersama mereka menjadi pengalaman terbaik selama kuliah,” ungkapnya.

Ke depan, tim Physio Connect berkomitmen melanjutkan pengembangan aplikasi dan berpartisipasi dalam ajang lain.

“Kami tidak ingin berhenti di satu pencapaian. Harapannya, inovasi ini bisa terus dikembangkan agar layanan fisioterapi di Indonesia semakin maju dan mudah diakses,” tutur Urip.

Ia pun berpesan kepada mahasiswa lain agar berani keluar dari zona nyaman.

“Jangan takut mencoba hal baru. Ketakutan itu jadikan motivasi. Kita mungkin merasa tim lain lebih unggul, tapi yakinlah setiap usaha punya hasil. Fokus saja pada tujuan dan nikmati prosesnya,” pungkasnya dengan senyum optimis.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |