Redaksi Pewarta.co.id
Selasa, November 25, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
| Poin Damai Trump Soal Perang Ukraina-Rusia Dipangkas, Zelensky Ungkap Perkembangan Negosiasi Ukraina-AS |
PEWARTA.CO.ID — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi bahwa delegasi diplomatik negaranya telah kembali ke Kyiv usai melakukan serangkaian pembahasan intensif di Jenewa bersama pejabat Amerika Serikat (AS) dan perwakilan Eropa.
Pertemuan tersebut berfokus pada penyelarasan draf rencana perdamaian yang diusulkan AS untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina, termasuk revisi terhadap sejumlah poin yang sebelumnya diajukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Melalui unggahan di Telegram pada Senin malam (24/11/2025), Zelensky mengindikasikan bahwa draf perdamaian yang awalnya memuat 28 poin kini telah mengalami penyusutan. Pengurangan itu disebut sebagai bagian dari proses penyempurnaan yang disesuaikan dengan kebutuhan situasi terkini.
"Sampai saat ini, setelah Jenewa, poin-poinnya lebih sedikit – tidak lagi 28 – dan banyak elemen yang tepat telah dipertimbangkan dalam kerangka ini," katanya melansir Kyiv Post.
Zelensky menegaskan bahwa proses penyusunan dokumen masih jauh dari selesai dan menuntut keseriusan dari seluruh pihak.
"Masih ada pekerjaan untuk kita semua lakukan bersama – ini sangat menantang – untuk menyelesaikan dokumen, dan kita harus melakukan segalanya dengan bermartabat," tambahnya.
Isu garis merah tidak masuk dalam draf sementara
Informasi yang beredar sebelumnya menyebutkan bahwa beberapa isu paling sensitif sempat masuk dalam daftar pembahasan, seperti kemungkinan Ukraina melepaskan wilayah yang diduduki Rusia atau mencabut ambisi bergabung dengan NATO.
Namun Zelensky memberi sinyal bahwa isu-isu tersebut kini dipertimbangkan untuk dibahas langsung dalam pertemuan tatap muka antara dirinya dan Trump.
"Tim kami telah melaporkan hari ini tentang draf langkah-langkah baru, dan ini memang pendekatan yang tepat – saya akan membahas isu-isu sensitif dengan Presiden Trump," tulis Zelensky.
Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap dukungan internasional yang tetap mengalir kepada Ukraina. Menurutnya, sebagian besar negara memperlihatkan sikap konstruktif dalam proses negosiasi, termasuk AS.
Kremlin menolak usulan Eropa
Di sisi lain, respons dari Moskow menunjukkan ketidakpuasan. Yuri Ushakov, ajudan Presiden Vladimir Putin, menyebut rencana damai versi Eropa tidak sesuai bagi Rusia.
Ushakov kepada media pemerintah Rusia menyatakan bahwa usulan tandingan dari negara-negara Eropa terkait revisi 28 poin perdamaian dinilai tidak realistis dari perspektif Kremlin.
Ia menilai pendekatan tersebut "sama sekali tidak konstruktif dan tidak cocok untuk kami."
AS dorong Ukraina terima usulan
Pada hari yang sama, kantor berita AFP melaporkan—mengutip seorang pejabat senior AS yang tidak disebutkan namanya—bahwa Washington mendorong Kyiv untuk mempertimbangkan dan menerima formulasi rencana baru.
Meski tidak ada ancaman eksplisit mengenai penarikan dukungan, sumber itu menyebut bahwa delegasi Ukraina memahami risiko tersebut sebagai kemungkinan yang terbuka.
Zelensky tegaskan Ukraina tak akan halangi perdamaian
Mengakhiri pernyataannya, Zelensky kembali menekankan bahwa Ukraina tidak akan menjadi penghambat proses perdamaian, selama kesepakatan yang terbangun tetap menghormati prinsip-prinsip kedaulatan dan martabat bangsanya.
"Ukraina tidak akan pernah menjadi penghalang perdamaian – ini adalah prinsip kami, prinsip bersama, dan jutaan warga Ukraina mengharapkan, dan pantas mendapatkan, perdamaian yang bermartabat. Kami akan melakukan segalanya untuk ini, dan kami siap bekerja secepat mungkin," pungkasnya.



















































