Redaksi Pewarta.co.id
Rabu, Desember 17, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
| Viral Pantai di Iran Mendadak Jadi Berwarna Merah Darah Saat Diguyur Hujan Deras |
PEWARTA.CO.ID — Media sosial kembali diramaikan oleh fenomena alam tak biasa yang terjadi di Pulau Hormuz, Iran. Sebuah video memperlihatkan air hujan berwarna merah pekat mengalir dari tebing menuju laut, menciptakan pemandangan dramatis seolah-olah garis pantai berubah menjadi lautan darah.
Rekaman tersebut menunjukkan aliran air merah yang menyatu dengan ombak laut biru, menghasilkan kontras warna mencolok yang memikat perhatian warganet di berbagai platform.
Salah satu unggahan yang paling banyak dibicarakan berasal dari akun Instagram pemandu wisata lokal Pulau Hormuz, @hormoz_omid. Dalam keterangannya, ia menggambarkan keindahan fenomena tersebut yang muncul saat hujan mengguyur kawasan pantai.
"Pantai Merah sedang berada di puncak keindahannya, Hujan membuat daya tarik Hormoz ini luar biasa. Laut biru di pantai ini berubah menjadi merah," tulis @hormoz_omid.
Video tersebut dengan cepat menyedot perhatian publik dan telah ditonton sekitar 932 ribu kali. Tak kurang dari 40 ribu pengguna Instagram memberikan tanda suka, disertai beragam komentar bernada kagum.
Respons serupa juga muncul di forum internasional. Seorang pengguna Reddit di forum r/Iran menuliskan komentar singkat namun penuh apresiasi, "Terima kasih telah menyebarkan (video) ini, ini sangat spesial."
Mengapa pantai di Pulau Hormuz bisa berwarna merah?
Di balik keindahannya, fenomena ini memicu rasa penasaran publik. Banyak yang bertanya-tanya apakah warna merah tersebut berkaitan dengan peristiwa mistis atau justru memiliki penjelasan ilmiah.
Mengutip laporan The Independent, peristiwa yang kerap disebut sebagai blood rain ini terjadi akibat kandungan tanah di Pulau Hormuz yang sangat kaya akan besi teroksidasi.
Saat hujan turun, partikel tanah merah tersebut larut dan terbawa aliran air hingga mencapai bibir pantai, lalu menyatu dengan ombak laut.
Penjelasan lebih rinci disampaikan oleh NASA Earth Observatory yang menyebut Pulau Hormuz sebagai kawasan kubah garam dengan struktur geologi unik.
"Pulau ini merupakan kubah garam, yakni tonjolan berbentuk tetesan air mata yang terdiri atas garam batu, gipsum, anhidrit, dan material evaporit lainnya yang terdorong ke atas menembus lapisan batuan di atasnya," jelas NASA Earth Observatory.
"Garam batu atau halit bersifat lemah dan mengapung, sehingga kehilangan kerapuhannya dan mengalir seperti cairan ketika berada di bawah tekanan tinggi," tambah NASA.
Kandungan besi tinggi jadi faktor utama
Tak hanya terdiri dari garam, permukaan Pulau Hormuz juga mengandung campuran tanah liat, karbonat, serpih, hingga batuan vulkanik yang memiliki kadar besi tinggi.
Ketika material tersebut terdorong ke permukaan dan berinteraksi dengan air hujan, warnanya dapat berubah menjadi merah, kuning, hingga oranye.
Penelitian sebelumnya bahkan mencatat bahwa wilayah ini menyimpan cadangan besi yang cukup besar. Sementara itu, UK Met Office menjelaskan bahwa fenomena blood rain umumnya terjadi ketika hujan membawa debu atau pasir berwarna kemerahan. Namun, kasus di Pulau Hormuz lebih spesifik karena berasal dari tanah merah kaya besi teroksidasi yang larut secara langsung akibat hujan.
Menariknya, tanah merah khas Pulau Hormuz tidak hanya menjadi daya tarik wisata. Warga setempat menyebut tanah ini dengan nama gelak dan telah lama memanfaatkannya dalam tradisi kuliner. Salah satunya sebagai campuran bumbu pada roti lokal bernama tomshi.
Meski demikian, para ilmuwan mengingatkan adanya potensi risiko kesehatan. Kandungan logam berat dalam tanah tersebut dinilai berbahaya apabila dikonsumsi secara rutin dalam jangka panjang.



















































