Redaksi Pewarta.co.id
Jumat, September 19, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Amerika Habiskan Rp8 Triliun Hanya untuk Hadang Rudal Iran yang Hujani Israel |
PEWARTA.CO.ID — Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengonfirmasi, Washington merogoh dana besar mencapai hampir 500 juta dolar AS atau setara Rp8 triliun hanya untuk mencegat rentetan serangan rudal Iran ke Israel.
Dalam dokumen internal bertanggal 1 Agustus 2025, Pentagon menyebutkan suntikan anggaran senilai 498,3 juta dolar AS itu dipakai guna menggantikan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang habis terpakai selama operasi tempur. Penggunaan sistem pertahanan ini disebut berlangsung atas permintaan langsung dari Israel.
Laporan tersebut pertama kali diungkap oleh The War Zone, media pertahanan berbasis di AS. Beberapa waktu sebelumnya, CNN juga mempublikasikan temuan serupa.
Ratusan rudal digunakan
Mengutip keterangan dari pejabat pertahanan yang tidak disebutkan namanya, militer AS kemungkinan mengerahkan antara 100 hingga 150 rudal THAAD selama konflik singkat 12 hari untuk menangkis serangan Iran. Angka tersebut mencakup sekitar seperempat dari total stok yang dimiliki Washington.
Serangan besar-besaran Israel ke Iran terjadi pada 13 Juni lalu, dengan sasaran utama berupa fasilitas nuklir, instalasi militer, hingga para ilmuwan nuklir.
Aksi ini menewaskan sejumlah tokoh penting, termasuk kepala staf umum Iran, beberapa komandan Garda Revolusi Islam, serta sedikitnya sembilan ilmuwan nuklir. Ratusan warga sipil juga turut menjadi korban.
Operasi balasan Amerika
Tak lama berselang, Amerika Serikat ikut turun tangan dengan meluncurkan Operasi Midnight Hammer pada 22 Juni.
Serangan tersebut menargetkan tiga fasilitas nuklir utama Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Washington mengerahkan bom penghancur bunker serta rudal yang ditembakkan dari pesawat pengebom strategis dan kapal selam.
Serangan rudal Iran ke Israel
Sebagai balasan, Iran mengirimkan ratusan rudal balistik ke berbagai kota di Israel. Aksi ini menewaskan puluhan orang dan menimbulkan kerusakan infrastruktur yang cukup parah. Namun sebagian besar serangan berhasil dipatahkan berkat sistem pertahanan udara gabungan militer Israel dan AS.
Konflik sengit tersebut akhirnya terhenti pada 24 Juni, setelah tercapai kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat bersama Qatar.