Redaksi Pewarta.co.id
Sabtu, Oktober 04, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Harga Emas Antam 4 Oktober 2025: Naik di Akhir Pekan, Sentuh Rp2.239.000 per Gram |
PEWARTA.CO.ID — Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali menunjukkan tren positif di penghujung pekan ini.
Pada Sabtu (4/10/2025), harga emas Antam tercatat naik sebesar Rp4.000 menjadi Rp2.239.000 per gram, berdasarkan data resmi dari situs Logam Mulia.
Kenaikan juga terjadi pada harga buyback, yakni harga yang diterima apabila pemilik emas menjual kembali emas batangan ke pihak Antam. Hari ini, nilai buyback meningkat Rp5.000 menjadi Rp2.087.000 per gram.
Harga tersebut berlaku di kantor pusat Antam Pulo Gadung, Jakarta, dan menjadi acuan bagi transaksi di berbagai gerai resmi Logam Mulia di Indonesia.
Namun, dalam pantauan laman resmi perusahaan, beberapa ukuran pecahan emas masih tercatat belum tersedia untuk sementara waktu.
Pajak emas desuai regulasi terbaru
Dalam transaksi pembelian emas Antam saat ini, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak lagi dipungut, mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 49 Tahun 2022. Dengan demikian, nilai PPN tidak termasuk dalam total harga pembelian.
Sementara itu, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 untuk transaksi emas batangan tetap diberlakukan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 48 Tahun 2023, dengan tarif sebesar 0,25 persen.
PT Antam Tbk juga akan menerbitkan bukti potong PPh 22 untuk setiap transaksi yang dilakukan pembeli.
Rincian lengkap harga emas Antam 4 Oktober 2025
Berdasarkan pembaruan di situs resmi Logam Mulia, berikut daftar lengkap harga pecahan emas Antam per 4 Oktober 2025:
- 0,5 gram: Rp1.169.500
- 1 gram: Rp2.239.000
- 2 gram: Rp4.418.000
- 3 gram: Rp6.602.000
- 5 gram: Rp10.970.000
- 10 gram: Rp21.885.000
- 25 gram: Rp54.587.000
- 50 gram: Rp109.095.000
- 100 gram: Rp218.112.000
- 250 gram: Rp545.015.000
- 500 gram: Rp1.089.820.000
- 1.000 gram: Rp2.179.600.000
Kenaikan harga emas kali ini menjadi sinyal positif bagi investor maupun kolektor emas batangan.
Pergerakan harga logam mulia ini juga kerap dipengaruhi oleh fluktuasi dolar AS, kondisi geopolitik global, serta kebijakan suku bunga bank sentral di berbagai negara.