Viral! SPPG Kencong Kediri Bagi-bagi Jumat Berkah dengan Tempel Uang di Tray Makan Bergizi Gratis

3 weeks ago 34

Redaksi Pewarta.co.id

Redaksi Pewarta.co.id

Minggu, November 09, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Viral! SPPG Kencong Kediri Bagi-bagi Jumat Berkah dengan Tempel Uang di Tray Makan Bergizi Gratis
Viral! SPPG Kencong Kediri Bagi-bagi Jumat Berkah dengan Tempel Uang di Tray Makan Bergizi Gratis

PEWARTA.CO.ID — Jagat maya kembali dihebohkan dengan unggahan video dari SPPG Kencong, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Dalam video yang kini viral di TikTok itu, terlihat lembaran uang pecahan Rp5.000 hingga Rp20.000 ditempelkan di atas tray makanan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebelum dibagikan ke para siswa.

Video berdurasi singkat itu diunggah melalui akun resmi sekolah dengan caption “Jumat Berkah. Siapa Manusia Beruntung Itu?”. Tak butuh waktu lama, unggahan tersebut langsung menyedot perhatian publik dan ramai diperbincangkan.

Sejak dipublikasikan, video itu telah ditonton lebih dari 1,2 juta kali dan meraih lebih dari 25 ribu tanda suka, menjadikannya salah satu konten paling ramai dari pelaksanaan Program MBG sepanjang pekan ini.

Momen sederhana itu mencuri perhatian karena menggabungkan unsur kejutan dengan sentimen publik yang tengah tinggi terhadap pelaksanaan program makan gratis nasional.

Warganet terbelah: Kreatif atau menyimpang?

Respons masyarakat pun terbelah dua. Sebagian warganet menilai langkah sekolah sebagai bentuk kreativitas positif yang mampu menumbuhkan semangat siswa dan menghadirkan suasana baru menjelang akhir pekan.

Banyak komentar menyebut aksi tersebut sebagai bentuk kepedulian dan cara sederhana untuk menebar kebahagiaan. Tak sedikit pula yang menganggapnya sebagai ekspresi humanis dari pihak sekolah terhadap para murid penerima program MBG.

Namun di sisi lain, tak sedikit pihak yang menilai tindakan tersebut berpotensi menimbulkan persoalan baru. Menurut sejumlah netizen dan pemerhati kebijakan publik, menempelkan uang di tray makanan bukan bagian dari standar operasional Program MBG yang telah ditetapkan pemerintah.

Mereka menilai, langkah seperti itu bisa menimbulkan salah tafsir publik mengenai bentuk bantuan yang diberikan. Bahkan, muncul kekhawatiran akan timbulnya rasa tidak nyaman atau kecemburuan sosial di antara siswa karena perbedaan nominal uang di tiap tray.

Beberapa komentar menyoroti potensi kekisruhan di lapangan, seperti rebutan tray dengan nilai uang lebih besar. Meski terkesan sepele, peristiwa tersebut menjadi pengingat bahwa kreativitas sekolah perlu dijalankan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan salah paham atau dampak sosial di kemudian hari.

Program MBG kembali jadi sorotan publik

Viralnya video SPPG Kencong Kediri ini turut mengembalikan sorotan publik terhadap implementasi Program Makan Bergizi Gratis secara nasional. Sebelumnya, program ini lebih sering diperbincangkan dalam konteks teknis seperti distribusi makanan, kualitas gizi, hingga kesiapan infrastruktur penyelenggara.

Namun kali ini, perhatian publik justru tertuju pada sisi lain: bagaimana interaksi sosial dan spontanitas pihak sekolah di lapangan dapat menciptakan dinamika baru yang tak kalah menarik untuk diperbincangkan.

Beberapa pemerhati pendidikan menilai, tindakan seperti ini—meski terkesan ringan—tetap perlu mendapat evaluasi agar tidak menimbulkan ekspektasi yang keliru terhadap pelaksanaan program MBG. Konsistensi dan transparansi prosedur dinilai penting untuk menjaga keadilan dan kesetaraan bagi seluruh siswa.

“Langkah kreatif boleh saja dilakukan selama tetap berada dalam koridor tata kelola yang jelas dan tidak menimbulkan salah persepsi di publik,” ujar salah satu pemerhati pendidikan yang enggan disebut namanya.

Meski tampak sebagai momen ringan, aksi “uang tempel di tray” dari SPPG Kencong Kediri membuktikan bagaimana hal kecil bisa berkembang menjadi perbincangan nasional.

Publik kembali diingatkan bahwa pelaksanaan program besar seperti MBG bukan hanya soal penyediaan gizi, tapi juga soal komunikasi, persepsi, dan interaksi sosial antara penyelenggara dan peserta.

Kasus viral ini pun menjadi refleksi bahwa setiap inovasi di lingkungan pendidikan, sekecil apa pun, tetap membutuhkan keseimbangan antara kreativitas dan kehati-hatian. Dengan begitu, tujuan utama program—yakni menghadirkan manfaat bagi semua siswa secara adil—dapat benar-benar terwujud.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |