3 Kebiasaan Buruk Anak Muda yang Bisa Merusak Otak Menurut Pakar Neurologi

7 hours ago 7

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Minggu, Mei 18, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Tiga Kebiasaan Buruk Anak Muda yang Bisa Merusak Otak Menurut Pakar Neurologi
tiga kebiasaan buruk anak muda yang bisa merusak otak menurut pakar neurologi. (Dok. Ist)

PEWARTA.CO.ID - Menjaga kesehatan otak sejak usia muda merupakan investasi penting untuk masa depan.

Namun, tanpa disadari, ada sejumlah kebiasaan yang justru dapat merusak fungsi otak jika dilakukan terus-menerus.

Hal ini diungkapkan oleh Dr. Baibing Cheng, seorang ahli neurologi dari University of Michigan, yang membagikan pengalamannya agar generasi saat ini tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Dilansir dari CNBC International, Cheng mengungkapkan tiga kebiasaan yang pernah ia lakukan di masa muda dan kini ia sesali karena berdampak buruk terhadap kesehatan otaknya:

1. Konsumsi soda secara rutin

Saat masih remaja, Cheng mengaku memiliki kebiasaan mengonsumsi satu hingga dua kaleng soda setiap hari sepulang sekolah, disertai camilan manis.

Di masa itu, kesadaran akan bahaya konsumsi gula berlebih masih sangat minim.

Kini, Cheng menyadari bahwa konsumsi gula secara berlebihan dapat memicu resistensi insulin, meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, hingga peradangan kronis.

Tak hanya itu, kelebihan gula juga berkontribusi pada penurunan kemampuan kognitif dan meningkatnya risiko penyakit demensia seperti Alzheimer.

“Meskipun beberapa dampak jangka panjangnya tak sepenuhnya bisa dipulihkan, mengurangi konsumsi gula bisa membantu mencegah kerusakan lebih lanjut,” jelas Cheng.

2. Mendengarkan musik dengan volume terlalu keras

Kebiasaan lain yang disesalkan oleh Cheng adalah mendengarkan musik dengan volume tinggi melalui earphone.

Kebiasaan ini bisa merusak sel-sel rambut halus di dalam koklea yang tidak dapat tumbuh kembali, sehingga menyebabkan gangguan pendengaran, tinitus (dengingan di telinga), bahkan gangguan suasana hati seperti depresi dan kecemasan.

Penelitian menunjukkan bahwa gangguan pendengaran berkaitan erat dengan menurunnya fungsi otak, karena otak harus bekerja lebih keras untuk memahami suara yang masuk.

'Kini, saya membatasi volume hanya sampai 60% dan tak lebih dari 60 menit per hari. Saya juga menekankan pentingnya segera menggunakan alat bantu dengar jika dibutuhkan, karena dapat menurunkan risiko demensia,” tambahnya.

3. Mengabaikan waktu tidur

Cheng juga mengungkapkan bahwa ia dulunya sering melewatkan waktu tidur untuk menonton televisi atau bermain gim.

Saat itu, ia belum memahami pentingnya tidur dalam menjaga kesehatan otak.

Padahal, tidur memiliki peran vital dalam memperkuat memori, mengatur emosi, dan membersihkan limbah dari otak.

Sebagai tenaga medis, ia juga mengakui sulitnya mendapatkan waktu tidur yang cukup karena tuntutan pekerjaan.

Namun, kini ia aktif mendorong perubahan dalam dunia medis agar para tenaga kesehatan bisa memiliki waktu istirahat yang layak.

"Meski kerusakan struktural otak akibat kurang tidur bisa permanen, dampak perilaku dan kognitif masih bisa dipulihkan dengan memperbaiki pola tidur,” ujar Cheng.

Tiga kebiasaan yang tampaknya sepele tersebut ternyata bisa memberikan dampak serius pada kesehatan otak.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |