Hammad Hendra
Senin, Maret 10, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Gapai malam Lailatul Qadar dan pandangan ulama tentang sepuluh malam terakhir Ramadhan. (Dok. Pinterest) |
PEWARTA.CO.ID - Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang sangat dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia.
Malam yang lebih baik dari seribu bulan ini diyakini terjadi pada salah satu malam di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam ganjil.
Dalam sebuah hadits, Aisyah Radhiyallahu 'anha meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Carilah malam Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam akhir bulan Ramadhan." (HR. Bukhari, dari Kitab Misykat)
Pandangan ulama tentang sepuluh malam terakhir
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan dimulai dari malam ke-21, baik bulan Ramadhan terdiri dari 29 maupun 30 hari.
Dengan demikian, pencarian malam Lailatul Qadar dianjurkan dilakukan pada malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29.
Namun, Syaikh Ibnu Hazm Rahmatullah 'alaih memiliki pandangan berbeda.
Menurutnya, kata asyrah dalam hadits di atas berarti "sepuluh" secara mutlak. Sehingga, jika Ramadhan terdiri dari 29 hari, maka sepuluh malam terakhir dimulai dari malam ke-20.
Dengan demikian, malam-malam ganjil dalam hitungan ini adalah malam ke-20, 22, 24, 26, dan 28.
Meski terdapat perbedaan dalam perhitungan ini, para ulama sepakat bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam selalu beri'tikaf mulai dari malam ke-21 hingga akhir Ramadhan.
Hal ini memperkuat pendapat mayoritas ulama bahwa malam Lailatul Qadar lebih mungkin terjadi pada malam ganjil yang dimulai dari malam ke-21.
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa malam penuh keberkahan ini bisa terjadi pada malam lainnya.
Meraih keutamaan Lailatul Qadar
Bagi umat Islam yang ingin mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qadar, dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat malam, membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan berdoa.
Mengingat besarnya keutamaan malam ini, usaha untuk beribadah penuh di sepuluh malam terakhir tentu bukan hal yang berat jika dibandingkan dengan pahala yang dijanjikan oleh Allah Subhaanahu wata'ala.
Sebagaimana dalam ungkapan seorang penyair:
"Wahai Urfii, jika dengan menangis aku bisa berjumpa dengan kekasih yang kucinta, maka aku sanggup menangis selama seratus tahun untuk berjumpa dengannya."
Demikian pula, seorang hamba yang merindukan rahmat Allah akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar, karena satu malam ini lebih baik dari seribu bulan.