Redaksi Pewarta.co.id
Sabtu, Mei 17, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Kreator permainan kartu kuartet interaktif dari UGM. (Foto: Dok. Humas UGM) |
PEWARTA.CO.ID - Di tengah derasnya arus globalisasi yang kian menggerus nilai-nilai budaya lokal, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) hadir dengan gebrakan kreatif.
Mereka menciptakan Kartu Kuartet Lestari, sebuah permainan edukatif berbasis budaya yang tak hanya menghibur, tapi juga menyuarakan pentingnya melestarikan kekayaan budaya Yogyakarta kepada generasi muda.
Tim inovatif ini terdiri dari lima mahasiswa lintas fakultas, yaitu Niken Yulistya Rohma dan Niken Permata Hati dari Prodi Bisnis Perjalanan Wisata (Sekolah Vokasi), Khoirul Anam dan Zalfaa Aulia dari Ilmu Komputer (FMIPA), serta Corinthia Gracia Maharani dari Arkeologi (FIB).
Mereka berada di bawah bimbingan dosen Cerry Surya Pradana, S.S., M.Sc., C.H.E., dan produk ini dilombakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) 2024.
Sarat nilai budaya
Kartu Kuartet Lestari adalah permainan kartu konvensional yang mengangkat tema budaya Yogyakarta dengan cara yang menyenangkan dan edukatif.
Para pemain diajak mengenal berbagai aspek budaya lewat 12 kategori yang tersedia, seperti makanan khas, candi, tari tradisional, alat musik, hingga pakaian adat Kraton Yogyakarta.
Setiap kartu menampilkan ilustrasi menarik lengkap dengan fakta unik (fun fact) mengenai budaya yang diangkat.
Menariknya, di bagian belakang kartu terdapat QR Code yang bisa dipindai untuk membaca informasi lanjutan mengenai unsur budaya tersebut.
Bahkan, tim ini menyematkan teknologi Augmented Reality (AR) yang terintegrasi dengan Instagram, menambah daya tarik interaktif dari permainan ini.
“Tema besar kartu kami adalah mengangkat kebudayaan Jogja yang banyak orang nggak tahu, atau ikon-nya Jogja tapi belum banyak orang tahu cerita di belakangnya,” jelas Niken Yulistya Rohma, ketua tim Lestari.
“Kalau aku mau menang, aku harus ngumpulin tiga set kartu, misalnya set kategori permainan tradisional, candi, dan bangunan bersejarah,” ia melanjutkan.
“Teman-teman paling senang kalau sudah mulai ngeluarin kartu spesial, terutama kartu emoh yang jadi favorit banyak orang. Kalau kartu kita diminta tapi kita nggak mau kasih, tinggal di-emoh-in,” paparnya.
Dalam satu dek permainan, terdapat juga empat kartu spesial: emoh, ijolan, imbuh, dan tanduk, yang membuat alur permainan jadi lebih seru dan penuh kejutan.
Hadir di Pameran Inovokasia UGM
Debut publik Kartu Kuartet Lestari berlangsung pada Pameran Inovokasia UGM, pada 25–30 Juni 2024 lalu, dan masih eksis hingga kini.
Saat itu, booth Lestari sukses menyita perhatian pengunjung hingga akhirnya meraih Inovokasia Award sebagai stan paling ramai dan diminati.
Para pengunjung tak hanya tertarik melihat-lihat produk, tetapi juga antusias ikut bermain langsung.
Suasana riang pun menyelimuti area booth, diwarnai gelak tawa dari mahasiswa, dosen, anak-anak, hingga pegiat seni yang ikut mencicipi sensasi bermain sambil belajar budaya.
Pertahankan warisan leluhur
Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dengan kekayaan warisan budaya tak benda dan cagar budaya yang melimpah.
Berdasarkan data Statistik Kebudayaan Kemendikbud Ristek 2021, provinsi ini memiliki 159 cagar budaya dan merupakan wilayah dengan jumlah Warisan Budaya Tak Benda terbanyak di Indonesia.
Namun, tingginya kekayaan ini belum tentu diimbangi dengan kesadaran generasi muda untuk mengenalnya.
Tim Lestari berharap, permainan ini menjadi solusi menyenangkan untuk memperkenalkan budaya lokal kepada anak-anak muda yang lebih akrab dengan teknologi dan media hiburan.
Bagi masyarakat yang ingin mengenal lebih dekat produk ini, tim Lestari menyediakan laman resmi di kuartetlestari.com yang dapat diakses kapan saja.
Dengan pendekatan kreatif, edukatif, dan digital-friendly, Kartu Kuartet Lestari membawa harapan besar agar generasi muda tak hanya bangga, tapi juga aktif menjaga dan mewariskan budaya Indonesia.
Sumber: Humas UGM