Ribuan Warga dari 36 Negara Afrika Dikerahkan Rusia untuk Perang di Ukraina

10 hours ago 9

Redaksi Pewarta.co.id

Redaksi Pewarta.co.id

Sabtu, November 08, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Ribuan Warga dari 36 Negara Afrika Dikerahkan Rusia untuk Perang di Ukraina
Ribuan Warga dari 36 Negara Afrika Dikerahkan Rusia untuk Perang di Ukraina

PEWARTA.CO.ID — Pemerintah Ukraina membeberkan temuan mengejutkan terkait keterlibatan ribuan warga dari benua Afrika dalam perang yang digencarkan Rusia.

Lebih dari 1.400 orang asal 36 negara Afrika dilaporkan turut bertempur di pihak Moskow, sebagian di antaranya diduga direkrut dengan cara menipu dan menjebak.

Kabar ini disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiha, pada Jumat (7/11/2025).

Ia menuding Rusia telah memanfaatkan kondisi sosial dan ekonomi di sejumlah negara Afrika untuk merekrut warga sipil menjadi tentara bayaran.

Menurut Sybiha, kontrak yang ditawarkan Rusia kepada para relawan asing sebenarnya tidak lebih dari hukuman mati terselubung.

“Rusia membujuk orang Afrika untuk menandatangani kontrak setara dengan hukuman mati,” ujarnya, seperti dikutip Reuters, Sabtu (8/11/2025).

Melalui akun media sosial X (dulu Twitter), Sybiha memperingatkan bahwa nasib para pejuang asing di medan tempur Ukraina sangat tragis.

“Warga negara asing di tentara Rusia bernasib menyedihkan. Sebagian besar dari mereka langsung dikirim ke apa yang disebut ‘serangan daging’, di mana mereka dibunuh dengan cepat,” tulisnya.

1.436 tentara asal Afrika teridentifikasi

Sybiha menyebut total 1.436 pejuang Afrika telah diidentifikasi bertugas di garis depan bersama pasukan Rusia. Mereka berasal dari 36 negara berbeda, dan jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.

“Sebagian besar tentara bayaran asing yang kami tangkap ditahan saat menjalani misi tempur pertama mereka,” ungkap Sybiha.

Pihak Ukraina juga berjanji akan mengumumkan secara rinci negara asal dan wilayah rekrutmen yang dilakukan Rusia, termasuk cara perekrutan dan jalur keberangkatan para pejuang itu.

Afrika Selatan dan Kenya turut bereaksi

Reaksi dari beberapa negara Afrika pun mulai bermunculan. Pemerintah Afrika Selatan pada Kamis (5/11/2025) menyatakan tengah menyelidiki dugaan bahwa 17 warganya ikut bergabung dengan pasukan bayaran Rusia. Mereka dilaporkan telah mengirimkan panggilan darurat untuk meminta bantuan agar bisa kembali ke tanah air.

Sementara itu, Kenya melaporkan bahwa sejumlah warganya ditahan di kamp militer Rusia. Mereka mengaku direkrut tanpa menyadari bahwa akan dikirim ke medan perang Ukraina.

Pemerintah Kenya menegaskan akan menempuh langkah diplomatik agar warganya dapat segera dipulangkan.

Ukraina desak Pemerintah Afrika bertindak

Menyikapi hal tersebut, Ukraina menyerukan kepada seluruh pemerintah di Afrika untuk memberikan peringatan keras kepada warganya agar tidak terjebak dalam janji-janji palsu Rusia.

Menurut Sybiha, banyak dari rekrutan asing dijanjikan gaji besar, kewarganegaraan Rusia, hingga fasilitas hidup layak. Namun pada kenyataannya, mereka langsung dikirim ke garis depan tanpa pelatihan memadai, hanya untuk dijadikan tameng dalam serangan brutal.

Sybiha menegaskan bahwa upaya Rusia merekrut warga dari berbagai negara merupakan tanda bahwa kekuatan militernya kini mulai kewalahan menghadapi perlawanan Ukraina.

Ia menilai strategi ini sebagai bentuk keputusasaan Kremlin dalam mempertahankan invasi yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |