Teknologi eSIM Bikin Sulit Palsukan Identitas, Kemkomdigi Ungkap Alasannya

4 hours ago 4

Nimas Taurina

Nimas Taurina

Sabtu, Mei 17, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Teknologi eSIM Bikin Sulit Palsukan Identitas, Kemkomdigi Ungkap Alasannya
Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) Edwin Hidayat Abdullah saat konferensi pers peluncuran Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital nomor 8 tahun 2025 tentang Layanan Pos Komersial di Kantor Kemkomdigi, Jakarta, Jumat (16/5/2025). (Dok. ANTARA).

PEWARTA.CO.ID - Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menyatakan bahwa teknologi embedded SIM atau eSIM dapat menjadi solusi efektif dalam mencegah penyalahgunaan identitas saat pendaftaran nomor seluler. Inovasi ini dinilai mampu mengurangi praktik pendaftaran menggunakan identitas palsu berkat penerapan sistem biometrik.

Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kemkomdigi, Edwin Hidayat Abdullah, menjelaskan bahwa sistem eSIM kini telah dilengkapi fitur pengenalan wajah (face recognition) untuk memastikan keabsahan data pengguna.

"Kalau dulu bisa bikin nomor baru dengan KTP orang, tapi dengan biometrik nomor KTP saja tidak cukup," ujar Edwin saat ditemui di Kantor Kemkomdigi, Jakarta, Jumat (16/5/2025).

Dalam proses registrasi eSIM, wajah pengguna akan dipindai dan datanya langsung diverifikasi dengan basis data yang dimiliki Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil). Langkah ini dianggap mampu mengeliminasi potensi pemalsuan identitas karena hasil verifikasi memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi.

"Ini yang membuat penggunaan identitas orang itu hampir tidak mungkin," tambah Edwin.

Edwin menegaskan, sistem ini tidak hanya mengandalkan pencocokan data KTP, tetapi juga mensyaratkan pemindaian wajah secara langsung. Artinya, upaya registrasi menggunakan foto, gambar, atau tangkapan layar tidak akan berhasil. Sistem secara otomatis akan menolak verifikasi jika wajah yang dipindai tidak sesuai atau hasil manipulasi.

Tingkat kecocokan biometrik yang digunakan mencapai level enam, dengan akurasi hingga 95,6 persen terhadap data di Dukcapil. Hal ini membuat keamanan data pengguna menjadi lebih terjamin dan sulit dimanipulasi.

Sejak pertama kali diluncurkan pada Februari lalu, jumlah pengguna eSIM biometrik di Indonesia telah mencapai sekitar 700.000 orang. Angka ini menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan data pribadi.

Pemerintah juga terus mendorong masyarakat untuk beralih ke eSIM karena teknologi ini menawarkan sejumlah keunggulan, baik dari sisi keamanan maupun efisiensi.

Beberapa operator seluler di Indonesia sudah mulai menyediakan layanan ini, meski adopsinya masih dalam tahap awal. Pemerintah berharap kolaborasi dengan operator dapat mempercepat transisi menuju sistem komunikasi yang lebih aman dan modern.

eSIM bukan hanya memberikan keuntungan bagi pengguna individu, tapi juga membawa dampak positif bagi industri telekomunikasi. Dengan eSIM, operator dapat mengurangi biaya produksi kartu fisik dan mempercepat aktivasi layanan pelanggan. Selain itu, teknologi ini mendukung perkembangan ekosistem Internet of Things (IoT), yang memerlukan konektivitas cepat dan aman antar perangkat.

Adopsi eSIM juga mengikuti tren global. Diperkirakan pada tahun 2025, jumlah perangkat yang menggunakan eSIM secara global akan menembus angka 3,4 miliar unit. Indonesia dinilai harus terus mendorong penggunaan eSIM agar tidak tertinggal dari negara-negara lain yang telah lebih dulu mengimplementasikannya secara luas.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |