China Jadi Negara Pertama Terapkan Teknologi Energi Hidrogen di Antarktika

4 days ago 15

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Sabtu, Maret 08, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

China Jadi Negara Pertama Terapkan Teknologi Energi Hidrogen di Antarktika
Kapal penelitian pemecah es milik China, Xuelong 2 (Snow Dragon 2), terlihat di dekat Stasiun Qinling milik China di Antarktika. (Dok. Xinhua/Huang Taoming)

Beijing, Pewarta.co.id – China mencatat sejarah sebagai negara pertama yang berhasil menerapkan teknologi energi hidrogen di wilayah Antarktika.

Inovasi ini ditandai dengan keberhasilan sel bahan bakar hidrogen yang dikembangkan secara mandiri dalam menghasilkan listrik di Stasiun Qinling.

Keberhasilan tersebut dilaporkan oleh China Science Daily pada Rabu (5/3/2025).

Teknologi ini dikembangkan oleh sebuah perusahaan energi di bawah naungan State Power Investment Corporation (SPIC).

Sel bahan bakar hidrogen berfungsi sebagai komponen utama dalam sistem jaringan mikro yang digunakan di Stasiun Qinling.

Sistem energi hidrogen di Antarktika

Sistem ini dilengkapi dengan tangki penyimpanan hidrogen yang memiliki kapasitas maksimum 50 meter kubik.

Dengan kapasitas tersebut, sel bahan bakar dapat memasok daya secara berkelanjutan hingga 24 hari dalam kondisi operasional penuh.

Sistem ini mampu menghasilkan daya dengan output maksimum mencapai 30 kilowatt.

Dirancang dengan konsep modular yang fleksibel, sistem ini dapat dikembangkan untuk mencakup rentang daya mulai dari 50 kilowatt hingga beberapa megawatt.

Selain itu, efisiensi pembangkitannya mencapai 50 persen, sementara efisiensi gabungan panas dan daya bisa melampaui 90 persen.

Dengan masa pakai yang diproyeksikan mencapai 40.000 jam, teknologi ini menawarkan solusi energi berkelanjutan di lingkungan ekstrem.

Keunggulan dibandingkan sumber energi konvensional

Dibandingkan dengan pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil, penggunaan sel bahan bakar hidrogen di Stasiun Qinling memberikan keuntungan signifikan.

Setiap kilowatt-jam listrik yang dihasilkan oleh sistem ini mampu menghemat sekitar 400 gram batu bara standar dan mengurangi emisi karbon dioksida hingga 1 kilogram.

Selain itu, teknologi ini dirancang untuk memanfaatkan energi terbarukan secara optimal.

Ketika kondisi angin dan sinar matahari mendukung, listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga bayu dan surya akan digunakan untuk memproduksi hidrogen.

Hidrogen yang dihasilkan kemudian disimpan dan dapat digunakan kembali saat pasokan listrik dari tenaga bayu dan surya tidak mencukupi.

Proses ini memastikan pasokan energi tetap stabil dan berkelanjutan.

Validasi teknologi di lingkungan ekstrem

Keberhasilan penerapan teknologi hidrogen di Antarktika menandai pencapaian penting dalam pengembangan energi ramah lingkungan.

Teknologi ini terbukti andal dalam menghadapi suhu rendah ekstrem, membuka peluang baru bagi eksplorasi energi hidrogen di daerah kutub dan lingkungan bersuhu rendah lainnya.

Selain menjembatani kesenjangan dalam penggunaan energi hidrogen di wilayah ekstrem, pencapaian ini juga dapat menjadi model bagi pembangunan sistem energi serupa di berbagai belahan dunia yang memiliki kondisi iklim serupa.

Keberhasilan China dalam menerapkan teknologi ini menegaskan posisinya sebagai pemimpin dalam inovasi energi terbarukan, serta memperlihatkan potensi besar energi hidrogen sebagai solusi masa depan bagi kebutuhan energi global.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |