China Minta India dan Pakistan Redam Ketegangan Usai Insiden Tragis di Kashmir

5 hours ago 4

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Selasa, April 29, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

China Minta India dan Pakistan Redam Ketegangan Usai Insiden Tragis di Kashmir
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (28/4). (Dok. ANTARA)

Beijing, Pewarta.co.id – Pemerintah China mengimbau India dan Pakistan agar menahan diri serta mengutamakan dialog damai menyusul insiden penembakan tragis di wilayah Kashmir yang mengakibatkan 26 korban jiwa.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyampaikan seruan tersebut dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (28/4/2025), menegaskan pentingnya peran kedua negara dalam menjaga stabilitas kawasan.

"Sebagai tetangga kedua negara, China meminta kedua belah pihak baik India maupun Pakistan untuk menahan diri, menyelesaikan perbedaan melalui dialog, bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan," ujar Guo Jiakun.

Insiden penembakan terjadi di Baisaran, Pahalgam, sebuah lokasi wisata yang berada di wilayah Kashmir selatan yang dikelola oleh India.

Kelompok bersenjata tak dikenal melepaskan tembakan terhadap wisatawan pada Selasa (22/4/2025), menewaskan sedikitnya 26 orang.

Kejadian ini tergolong tidak lazim mengingat wisatawan jarang menjadi sasaran dalam konflik yang telah berlangsung puluhan tahun di wilayah tersebut.

Wilayah Kashmir telah lama menjadi titik panas konflik antara India dan Pakistan, yang sama-sama mengklaim kepemilikan atas wilayah pegunungan Himalaya itu.

Meskipun demikian, masing-masing negara hanya menguasai sebagian wilayah tersebut.

China menekankan bahwa keharmonisan antara kedua negara besar di Asia Selatan itu sangat vital bagi kawasan.

"India dan Pakistan adalah negara penting di Asia Selatan. Hidup berdampingan secara harmonis sangat penting bagi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan kawasan," lanjut Guo.

Pemerintah India mengecam insiden penembakan itu sebagai "serangan teror" yang menurut mereka dilakukan oleh kelompok dengan dukungan "lintas batas", secara implisit menuduh Pakistan terlibat.

Namun tuduhan tersebut segera dibantah oleh Islamabad, yang justru menyampaikan keprihatinan dan belasungkawa terhadap para korban.

Menanggapi serangan tersebut, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mengungkapkan bahwa China dan Rusia mungkin akan terlibat dalam penyelidikan internasional yang direncanakan.

"China menyambut semua tindakan yang akan membantu meredakan situasi saat ini dan mendukung pelaksanaan penyelidikan yang adil dan jujur sedini mungkin," ucap Guo Jiakun.

Situasi ini memicu ketegangan diplomatik yang semakin memanas.

India pada Rabu (23/4/2025) mengumumkan penangguhan pelaksanaan Perjanjian Air Indus 1960, yang selama ini menjadi dasar pembagian sumber daya air dari enam sungai utama di kawasan.

Selain itu, India juga mengusir penasihat militer Pakistan dan memangkas jumlah diplomat Pakistan di New Delhi.

Tak berhenti di situ, New Delhi kemudian menangguhkan seluruh layanan visa ke Pakistan dan meminta warganya yang tengah berada di sana untuk segera pulang.

India pun menutup pintu perbatasan Wagah-Attari satu-satunya jalur lintas darat antara kedua negara.

Sebagai respons balasan, Pakistan mengumumkan penangguhan Kesepakatan Simla 1972 yang mengatur batas wilayah sengketa Kashmir dan menjadi dasar penyelesaian konflik bilateral.

Islamabad juga mengusir atase pertahanan India serta mengurangi jumlah diplomat India yang bertugas.

Lebih lanjut, Pakistan menutup perbatasan Attari-Wagah dan menghentikan seluruh aktivitas perdagangan, baik bilateral maupun melalui negara ketiga.

Ketegangan yang terus meningkat ini membuat peran pihak ketiga seperti China menjadi krusial dalam mendorong kedua negara untuk kembali ke meja perundingan dan menghindari eskalasi konflik lebih lanjut.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |