Filipina Membara! Demo Gen Z Ganyang Koruptor Berakhir Rusuh, Polisi dan Massa Saling Serang

3 weeks ago 32

Bram Edo

Bram Edo

Senin, September 22, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Filipina Membara! Demo Gen Z Ganyang Koruptor Berakhir Rusuh, Polisi dan Massa Saling Serang
Filipina Membara! Demo Gen Z Ganyang Koruptor Berakhir Rusuh, Polisi dan Massa Saling Serang

PEWARTA.CO.ID — Manila kembali dilanda gelombang demonstrasi besar-besaran yang berujung ricuh.

Puluhan ribu orang, mayoritas generasi Z atau gen Z, turun ke jalan pada Minggu (21/9/2025) untuk menuntut pengusutan tuntas skandal korupsi proyek pengendalian banjir yang ditaksir merugikan negara miliaran dolar.

Aksi yang semula berjalan damai berubah menjadi bentrokan keras antara aparat kepolisian dan pengunjuk rasa.

Menurut laporan otoritas setempat, sedikitnya 17 orang diamankan karena kedapatan melempari polisi dengan batu hingga membakar barikade ban.

Tak lama setelah itu, aparat antihuru-hara menembakkan meriam air guna membubarkan kelompok demonstran lain yang menutup wajah mereka dengan masker.

Suasana semakin panas ketika beberapa petugas terlihat ikut melempar batu ke arah massa, sebagaimana diberitakan AFP.

Walikota Manila, Francisco Isko Moreno Domagoso, mengonfirmasi sejumlah polisi mengalami luka-luka dan kini tengah menjalani perawatan.

“CDRRMO [Badan Penanggulangan Risiko Bencana Kota] Manila dan Dinas Kesehatan Manila memberikan pertolongan pertama kepada polisi kami yang ditempatkan di Mendiola hari ini,” tulis Isko lewat akun Facebook resminya, dikutip dari Aljazeera.

“Mereka dilarikan ke rumah sakit kabupaten terdekat, Rumah Sakit Sampaloc, agar dapat dirawat oleh dokter kami. Mari kita jaga ketertiban dan kedamaian di kota kita. Mari kita semua berhati-hati,” tambahnya.

Gelombang amarah publik

Aksi massa kali ini dipicu dugaan proyek “infrastruktur hantu” yang menelan dana ratusan miliar peso, namun minim realisasi.

Protes Minggu pagi di Taman Luneta diperkirakan menarik hampir 50 ribu orang. Mereka mengibarkan bendera Filipina dan membentangkan spanduk bertuliskan: “Tidak lebih, terlalu banyak, penjarakan mereka”, sembari menyerukan hukuman bagi para pelaku korupsi.

“Kami ingin beralih ke sistem di mana orang-orang tidak lagi dilecehkan,” ungkap salah satu demonstran.

Presiden Ferdinand Marcos Jr. sebelumnya telah menyinggung kasus ini dalam pidato kenegaraan Juli lalu. Sebagai tindak lanjut, ia membentuk komisi independen untuk menyelidiki lebih dari 9.800 proyek pengendalian banjir senilai lebih dari 545 miliar peso (sekitar USD9,5 miliar).

Namun, publik semakin murka setelah terkuak pasangan kaya raya Sarah dan Pacifico Discaya diduga mendapat sejumlah kontrak proyek banjir.

Keduanya disorot karena memiliki deretan mobil mewah Eropa dan AS, sementara proyek yang mereka tangani dipertanyakan keberadaannya.

Marcos sendiri menegaskan tidak menyalahkan masyarakat yang marah, sembari mengimbau agar aksi tetap damai. Ia juga menempatkan militer dalam status “siaga merah” sebagai langkah pencegahan.

Simbol perlawanan

Aksi demo Filipina 21 September ini dianggap sarat politik dan sejarah. Menurut pengamat bernama Lo, tanggal tersebut bertepatan dengan peringatan deklarasi darurat militer oleh Ferdinand Marcos Sr., ayah presiden saat ini, sekaligus lokasi penting dua revolusi rakyat Filipina.

“Bukanlah suatu kebetulan bahwa protes ini terjadi pada 21 September, yang merupakan peringatan deklarasi darurat militer oleh mantan Presiden Ferdinand Marcos Sr. dan berlangsung di jalan raya tempat dua revolusi kekuatan rakyat terjadi,” ujar Lo.

Ia menekankan bahwa massa mendesak pemerintah melakukan “reformasi berkelanjutan” untuk menutup celah korupsi di berbagai lini birokrasi.

Tak hanya aktivis senior, suara keras juga datang dari generasi muda. Aly Villahermosa, mahasiswa keperawatan berusia 23 tahun, rela menembus banjir demi ikut berorasi di tengah massa.

“Jika ada anggaran untuk proyek-proyek bayangan, mengapa tidak ada anggaran untuk sektor kesehatan?” kata Aly kepada AFP. Ia menilai pencurian uang rakyat sebagai hal yang “sungguh memalukan.”

Gerakan aksi di Asia Tenggara

Gelombang protes di Filipina ini mengikuti jejak demonstrasi di Indonesia beberapa waktu sebelumnya, yang dipicu isu kekerasan aparat, gaji anggota parlemen, dan inflasi.

Fenomena tersebut menunjukkan meningkatnya perlawanan publik di Asia Tenggara terhadap praktik korupsi dan ketidakadilan sosial.

Dengan semangat gen Z yang memimpin barisan, amarah rakyat Filipina kian membara, menuntut agar para koruptor segera diganjar hukuman setimpal. Situasi di Manila pun masih terus dipantau dengan ketat oleh aparat keamanan.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |