Nimas Taurina
Rabu, Februari 05, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
Ilustrasi - Anak penderita kanker. (Dok. ANTARA). |
PEWARTA.CO.ID - Kanker pada anak sering kali terdeteksi saat sudah memasuki stadium lanjut, sehingga upaya penyembuhan menjadi lebih sulit. Ketua UKK Hemato Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Eddy Supriyadi Sp.A(K), Ph.D, mengungkapkan bahwa banyak kasus kanker pada anak baru ditemukan pada stadium tiga atau empat.
"Kalau di kita itu ya pada anak-anak nggak tahu ya, karena sebabnya apa, biasanya kita mendapatkan pada late stage. Jadi kalau ada stadium, misalnya stadium kita bagi 4, kita pasti hampir pasti atau kebanyakan, di stadium 3 dan 4," ujar Eddy dalam sebuah diskusi daring tentang kanker pada anak yang diikuti di Jakarta, Selasa (4/2/2025).
Eddy menjelaskan bahwa kanker darah seperti leukemia sering kali tidak terdeteksi pada tahap awal. Penyakit ini biasanya berkembang tanpa menunjukkan gejala yang mencolok, sehingga sulit dikenali oleh orang tua. Tanda-tanda leukemia sering kali baru terlihat ketika kanker telah memasuki stadium lanjut, seperti pucat, nyeri otot, perdarahan, dan demam yang berlangsung selama berminggu-minggu.
Sementara itu, kanker berbentuk tumor padat lebih mungkin dideteksi lebih awal melalui perubahan fisik, seperti munculnya benjolan di perut atau gejala retinoblastoma pada mata. Jika kanker dapat didiagnosis lebih dini, peluang kesembuhan menjadi lebih tinggi.
"Kalau misalnya kita temukan pada stadium awal, misalnya pada Retinoblastom, kita temukan pada stadium awal, itu lebih dari 95 persen sembuh," kata Eddy.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak dari Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. I Dewa Gede Ugrasena Sp.A(K), mengungkapkan bahwa anak-anak memiliki respons lebih baik terhadap kemoterapi dibandingkan dengan pasien dewasa. Hal ini disebabkan oleh minimnya paparan zat karsinogenik dan gaya hidup yang berisiko pada anak-anak, sehingga sel kanker lebih responsif terhadap pengobatan.
Namun, Prof. Ugrasena menekankan bahwa terapi kanker pada anak harus mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka.
"Pada anak itu hati-hati, kita kalau menerapi kemo itu pasien anak selalu kita berpikir dampak jangka panjangnya. Karena dia akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, sangat beda cara pendekatan terapi anak dan dewasa," ujar Prof. Ugrasena.
Dengan pemahaman ini, penting bagi orang tua untuk lebih waspada terhadap tanda-tanda awal kanker pada anak dan segera melakukan pemeriksaan jika terdapat gejala mencurigakan. Deteksi dini sangat berperan dalam meningkatkan peluang kesembuhan dan memperbaiki kualitas hidup anak penderita kanker.