Pewarta Network
Senin, Februari 03, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
Ketua DPR RI Puan Maharani saat kunjungan ke Italia, Minggu (3/2). menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia tentang Hak Anak. (Dok. ANTARA). |
PEWARTA.CO.ID - Ketua DPR RI, Puan Maharani, menandatangani komitmen dukungan bagi anak-anak yang menjadi korban konflik di Gaza dan Ukraina. Langkah ini bertujuan untuk mengajak masyarakat dunia berpartisipasi dalam memperjuangkan hak-hak anak agar terbebas dari dampak perang.
Kegiatan ini dilakukan dalam kunjungan Puan ke Italia dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia tentang Hak Anak. "Kita perlu mengeksplorasi pendekatan inovatif yang dapat memperkuat hak-hak anak dan menumbuhkan dunia yang lebih aman bagi mereka," ujar Puan, Minggu (2/2/2025) waktu setempat.
Dalam keterangannya yang diterima di Jakarta pada Senin (3/2/2025), Puan menekankan bahwa perang merupakan pelanggaran terbesar terhadap hak-hak anak. Menurutnya, semua pihak harus menciptakan zona aman di daerah konflik dengan dukungan organisasi kemanusiaan internasional.
Ia juga menyoroti dampak konflik bersenjata yang terus menggusur, merekrut, dan melukai anak-anak pada tingkat yang mengkhawatirkan. Oleh karena itu, menurutnya, bantuan kemanusiaan konvensional meskipun diperlukan, tetap tidak cukup.
"Kita perlu mengintegrasikan program perlindungan anak ke dalam lembaga keagamaan dan budaya. Karena kita berada di era meningkatnya ketegangan geopolitik, seperti di Gaza dan Ukraina,” tegasnya.
Puan pun mengajak seluruh pihak untuk menyediakan tempat berlindung, akses pendidikan, serta bantuan medis bagi anak-anak yang menjadi korban perang.
Usai menandatangani komitmen tersebut, Puan juga mengunjungi anak-anak penyintas perang. Salah satu di antaranya adalah Roman Oleksiv, seorang anak penyintas perang asal Ukraina yang turut hadir dalam acara tersebut.
Menurut Puan, anak-anak berhak untuk hidup dalam lingkungan yang aman. Ia juga menegaskan bahwa anak-anak yang dipaksa menjadi tentara harus dipandang sebagai korban, bukan sebagai pelaku kejahatan.
"Kita harus berinvestasi dalam program rehabilitasi yang membantu anak-anak tentara berintegrasi kembali ke dalam masyarakat," ucapnya.
Ia menilai bahwa pendidikan merupakan alat paling efektif dalam mencapai tujuan tersebut, terutama dalam rangka memberdayakan anak-anak serta mengatasi eksploitasi dan kemiskinan yang masih menjadi tantangan di berbagai belahan dunia.
“Dukungan dan komitmen kita semua sangat penting karena pendidikan tradisional sering kali gagal untuk menjangkau anak-anak yang paling terpinggirkan, terutama mereka yang berada di zona perang, daerah pedesaan, dan kamp pengungsi,” pungkasnya.