Pewarta Network
Kamis, Februari 06, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilustrasi - Orangtua mendampingi anak bermain media sosial pada gawai. (Dok. ANTARA). |
PEWARTA.CO.ID - Penggunaan media sosial di kalangan anak-anak dan remaja sering kali menjadi perhatian orangtua, terutama mengenai apakah sebaiknya mereka dilarang atau diberi kebebasan.
Menurut Psikolog Klinis Dewasa dari Universitas Indonesia, Teresa Indira Andani, M.Psi, pendekatan yang lebih bijaksana bukan dengan melarang total, tetapi dengan memberikan bimbingan yang tepat mengenai manfaat dan risiko penggunaan media sosial.
Dalam wawancara tertulis pada Rabu (5/2/2025), Teresa menjelaskan bahwa larangan total terhadap media sosial tidak akan efektif, terutama bagi anak yang lebih besar dan remaja. “Berdasarkan pola asuh otoritatif, pendekatan terbaik bukanlah melarang, tetapi membimbing dan memberikan pemahaman yang kuat tentang manfaat serta risikonya,” ujarnya.
Teresa menekankan bahwa orangtua perlu menyesuaikan cara bimbingannya dengan usia dan tahap perkembangan anak. Untuk anak yang berusia 7 tahun ke bawah, disarankan agar mereka tidak diperkenalkan dengan media sosial sama sekali. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, anak-anak masih kesulitan membedakan antara kenyataan dan fantasi.
Pada anak yang berusia 7 hingga 11 tahun, media sosial dapat diperkenalkan, tetapi dengan pengawasan yang ketat. Orangtua disarankan untuk memilih platform yang aman dan sesuai dengan usia anak. Teresa menyarankan agar orang tua membatasi waktu layar anak hingga 1-2 jam per hari dan menggunakan aplikasi kontrol orang tua untuk mengawasi penggunaan media sosial.
Sedangkan bagi remaja berusia 12 tahun ke atas, Teresa menyarankan agar mereka diajarkan literasi digital untuk mengelola media sosial secara mandiri. Meskipun demikian, pengawasan orangtua tetap diperlukan.
Pada usia ini, pendekatan berbasis diskusi lebih penting, di mana orang tua dapat meminta anak untuk menjelaskan alasan mereka ingin menggunakan media sosial dan bagaimana cara bertanggung jawab dalam penggunaannya.
“Dengan pendekatan ini, anak tidak hanya sekadar patuh, tetapi juga memahami alasan di balik aturan yang diberikan,” kata Teresa.
Selain bimbingan yang sesuai dengan usia, Teresa juga menekankan pentingnya adanya aturan yang jelas mengenai waktu dan durasi penggunaan media sosial. Orangtua perlu mengajarkan etika digital dan menjaga privasi online, serta mendiskusikan konsekuensi yang akan diterima jika aturan dilanggar.
Pendekatan yang terstruktur ini tidak hanya membantu anak membentuk kebiasaan digital yang sehat, tetapi juga memberikan keterampilan berpikir kritis dan literasi digital yang sangat berguna bagi masa depan mereka.
Teresa menambahkan, “Media sosial bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang bagi anak-anak untuk belajar, berinteraksi, dan mengekspresikan diri. Dengan pendampingan orang tua, anak dapat mengelola media sosial secara bertanggung jawab, aman, dan edukatif.”
Dengan adanya bimbingan yang tepat dari orang tua, media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk perkembangan anak, bukan hanya sumber masalah.