Redaksi Pewarta.co.id
Jumat, Mei 23, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilustrasi. Pergerakan harga emas dunia. (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID - Penguatan dolar Amerika Serikat (USD) terus memberi tekanan terhadap harga emas dunia. Menurut Andrew Fischer Analyst Maxco, tren pelemahan emas masih akan berlanjut dalam waktu dekat.
Salah satu faktor utama pendorong penurunan harga emas adalah sentimen penguatan USD, yang membuat logam mulia ini kehilangan daya tarik sebagai aset lindung nilai.
Fischer menjelaskan bahwa sebelumnya emas telah mencapai level tertinggi di kisaran $3.500. Namun, setelah upaya untuk menembus level tersebut kembali gagal, harga mengalami penolakan dan menciptakan lower high, sebuah indikasi teknikal yang mengisyaratkan tren bearish jangka pendek.
“Potensi penurunan harga emas masih sangat terbuka, dengan target koreksi ke level $3.110–$3.120 sebelum berpeluang kembali menguat signifikan dan mencetak all time high baru di kisaran $3.700–$4.000,” kata Andrew Fischer.
Penguatan USD: Ditopang oleh perang dagang dan daya beli AS
Penguatan USD saat ini tidak terlepas dari kondisi fundamental ekonomi Amerika Serikat yang dinilai mulai stabil, meskipun tensi perang tarif antara AS dan China masih berlangsung.
Dalam pertemuan dagang yang disebut “Swing”, kedua negara dilaporkan mulai membuka pembahasan menuju kesepakatan tarif baru.
Fischer menilai, potensi kesepakatan tersebut bisa mendorong perekonomian AS karena tarif ekspor China ke AS berkisar 30%, sementara tarif AS ke China hanya sekitar 10%. Ketimpangan ini membuat pasar menilai AS lebih menarik sebagai destinasi investasi jangka pendek.
“Merek-merek global ternyata banyak diproduksi di China. Hal ini membuka peluang bagi investor global untuk kembali melirik China sebagai sentra produksi dengan harga yang lebih kompetitif,” ujar Fischer.
Namun, di tengah perang dagang dan krisis global, daya beli global masih tergolong lemah. Hal ini membuat produk buatan China tetap relevan karena menawarkan harga yang relatif lebih murah dan bisa mendukung perekonomian negara-negara berkembang.
USD berpeluang naik hingga 30 Mei, lalu melemah lagi
Dalam analisis teknikal lanjutan, Fischer memproyeksikan penguatan USD masih akan berlangsung hingga 30 Mei 2025. Namun, tren ini diperkirakan hanya bersifat jangka pendek.
Setelah itu, USD berpotensi kembali melemah karena sejumlah faktor struktural, termasuk dedolarisasi global dan tingginya utang pemerintah AS.
Beberapa negara, termasuk anggota ASEAN, diketahui mulai mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS sebagai mata uang utama dalam perdagangan internasional. Sentimen ini menggerus kepercayaan terhadap USD dalam jangka panjang.
“Meski saat ini USD tampak kuat, tekanan struktural akan membuatnya rentan. Grafik kami menunjukkan arah tren turun dalam jangka panjang, terutama setelah fase penguatan jangka pendek ini selesai,” jelas Fischer sambil merujuk pada sinyal teknikal berupa panah di bawah kotak support yang menunjukkan titik lemah USD.
Dengan tensi geopolitik, perang tarif, hingga dedolarisasi yang memengaruhi arah pasar, pelaku pasar dituntut untuk cermat membaca peluang. Emas mungkin sedang tertekan, namun bukan berarti kehilangan pesona. Dalam dunia trading, timing adalah segalanya—dan informasi adalah senjatanya.
![]() |
Maxco Trading Festival 23 Mei 2025. (Dok. Maxco) |
Maxco gelar trading festival, hadiah dan strategi menanti
Di tengah dinamika pasar yang menantang, Maxco justru menghadirkan suasana segar bagi para trader dengan Maxco Trading Festival yang dimulai pada 23 Mei 2025 pukul 15.45 WIB.
Festival ini bukan hanya ajang seru-seruan, melainkan juga sarana edukasi, peluang meraih strategi terbaik, dan berbagai hadiah menarik.
Acara ini akan disiarkan langsung di kanal YouTube Maxco, menghadirkan beragam kejutan mulai dari spin wheel berhadiah, gadget, hingga edukasi trading intensif.
(ADV)