Nimas Taurina
Senin, Juni 02, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Jamaah calon haji dari berbagai negara melakukan Tawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Jumat (30/5/2025). (Dok. ANTARA). |
PEWARTA.CO.ID - Sebanyak lebih dari 200 ribu calon haji asal Indonesia kini telah tiba seluruhnya di Makkah. Kehadiran mereka menandai dimulainya masa tenang sebelum memasuki puncak ibadah haji yang akan berlangsung mulai 4 Juni 2025 atau 8 Dzulhijah 1446 H.
Kementerian Agama RI mengonfirmasi bahwa 203.149 jamaah dari 525 kelompok terbang (kloter) telah mendarat dengan selamat di tanah suci. Mereka kini bersiap menyambut puncak rangkaian ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
“Seluruh jamaah haji Indonesia kini telah berada di Kota Makkah dalam keadaan aman dan sehat,” ujar Sekjen Kemenag Kamaruddin Amin di Makkah, Ahad (1/6/2025).
Menjelang puncak haji, jamaah diminta untuk menjaga kondisi fisik. Kamaruddin mengimbau agar seluruh jamaah mengurangi aktivitas di luar ruangan dan memperbanyak waktu istirahat. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga stamina selama menjalani prosesi di Armuzna yang dikenal melelahkan.
Bus Shalawat layanan transportasi dari hotel ke Masjidil Haram juga telah dihentikan sementara sejak Minggu. Layanan tersebut baru akan kembali beroperasi pada 10 Juni 2025 pukul 00.00 WAS.
"Jamaah diimbau untuk tetap beribadah di hotel masing-masing dan menghindari aktivitas di luar ruangan kecuali untuk keperluan mendesak," kata Kamaruddin.
Untuk mendukung kenyamanan jamaah selama fase puncak haji, layanan konsumsi juga mengalami penyesuaian. Mulai 3 Juni, menu katering reguler diganti dengan makanan siap saji yang bisa langsung dikonsumsi.
Distribusi makanan dilakukan secara bertahap dengan total enam kali makan sebelum puncak ibadah, yakni:
-
3 Juni (7 Dzulhijah): 3 kali makan
-
4 Juni (8 Dzulhijah): 1 kali makan
-
9 Juni (13 Dzulhijah): 2 kali makan
"Makanan ini dapat langsung dikonsumsi. Nasi sebaiknya direndam air selama 5-10 menit sebelum disantap, lauk dapat dimakan langsung tanpa pemanasan. Setelah kemasan dibuka, makanan tidak boleh disimpan ulang, demi alasan kesehatan," jelas Kamaruddin.
Selama di Armuzna, jamaah akan menerima 15 kali makan dan 1 snack berat. Rinciannya, 5 kali makan di Arafah, 1 snack berat di Muzdalifah, serta 10 kali makan di Mina. Seluruh menu telah disusun dengan memperhatikan kandungan gizi, ketahanan makanan, dan medan pelaksanaan ibadah.
Untuk mengurangi potensi kepadatan selama puncak haji, Kementerian Agama menerapkan dua pola pergerakan jamaah, yakni Murur dan Tanazul.
Murur adalah sistem mobilitas di mana jamaah dari Arafah langsung menuju Mina menggunakan bus, tanpa turun di Muzdalifah. Skema ini diberlakukan khusus bagi jamaah lanjut usia, penyandang disabilitas, serta jamaah dengan kondisi kesehatan tertentu.
Diperkirakan sekitar 50.000 jamaah akan mengikuti skema Murur tahun ini.
Sementara itu, Tanazul adalah program kepulangan lebih awal ke hotel di Makkah setelah selesai melakukan lempar jumrah aqabah. Skema ini ditujukan untuk mengurangi kepadatan di tenda Mina pada hari-hari tasyrik.
“Sekitar 30.000 orang, terutama dari sektor Syisyah dan Raudhah, dijadwalkan mengikuti tanazul. Mereka yang melempar jumrah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijah tidak kembali ke tenda di Mina, tetapi langsung kembali ke hotel masing-masing,” jelas Kamaruddin.