Terobosan Baterai Lithium: Drone Sukses Uji Terbang di Suhu Ekstrem

7 hours ago 4

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Senin, Maret 17, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

 Drone Sukses Uji Terbang di Suhu Ekstrem
Terobosan baterai lithium: Drone sukses uji terbang di suhu ekstrem. Ilustrasi drone (Dok. Pixels)

PEWARTA.CO.ID - Para peneliti di China berhasil mengembangkan baterai lithium berkinerja tinggi yang mampu beroperasi di suhu ekstrem.

Inovasi ini diuji dengan sukses dalam penerbangan sebuah drone di kota paling utara China, di mana suhu mencapai minus 36 derajat Celsius.

Keberhasilan ini membuka peluang baru dalam eksplorasi wilayah bersuhu rendah, seperti ekspedisi kutub, patroli perbatasan, dan operasi penyelamatan.

Uji terbang sukses: Stabilitas dan performa optimal

Baterai yang dikembangkan oleh tim dari Dalian Institute of Chemical Physics (DICP), di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS), memberikan performa luar biasa selama uji coba.

Drone hexacopter yang digunakan dalam eksperimen ini mampu melayang dengan stabil, mengikuti jalur navigasi yang kompleks, serta mempertahankan voltase tanpa mengalami kehilangan daya mendadak.

"Pengujian yang berhasil ini menandai terobosan baru dalam teknologi baterai daya drone berkinerja tinggi," ujar Chen Zhongwei, pemimpin tim peneliti dari DICP.

Chen juga menambahkan bahwa drone ini dapat melakukan start-up cepat serta menavigasi lingkungan ekstrem tanpa hambatan, menegaskan keandalan baterai dalam kondisi suhu rendah.

Inovasi teknologi: Kunci daya tahan di suhu ekstrem

Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan baterai lithium untuk lingkungan bersuhu rendah adalah penurunan performa drastis akibat suhu ekstrem.

Untuk mengatasi hal ini, tim peneliti memanfaatkan formulasi elektrolit inovatif serta modifikasi pada bahan anoda, yang memungkinkan baterai tetap menghasilkan daya stabil dalam rentang suhu minus 40 hingga 50 derajat Celsius.

Selain itu, penerapan teknologi manajemen termal adaptif dan pengoptimalan impedansi suhu rendah mampu mengurangi penurunan kapasitas daya hingga kurang dari 10 persen pada suhu minus 40 derajat Celsius.

Angka ini jauh lebih baik dibandingkan standar industri, yang umumnya mengalami penurunan 30-50 persen dalam kondisi serupa.

"Lompatan ini secara signifikan memperpanjang durasi misi untuk drone yang beroperasi di daerah kutub atau dataran tinggi, sehingga meminimalkan frekuensi pengisian daya ulang," jelas Chen.

Langkah selanjutnya: Pengembangan untuk aplikasi lebih luas

Dengan pencapaian ini, tim peneliti berencana untuk terus menyempurnakan teknologi baterai agar dapat diterapkan lebih luas, termasuk pada berbagai peralatan yang beroperasi di lingkungan ekstrem.

"Kami akan terus menyempurnakan kemampuan baterai untuk memperluas aplikasinya pada peralatan yang berada di lingkungan ekstrem," tambah Chen.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |