Pewarta Network
Rabu, April 09, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilustrasi - RSUD Dr. Hasan Sadikin. (Dok. Okezone). |
PEWARTA.CO.ID - Seorang dokter muda yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, diduga melakukan tindak pelecehan seksual terhadap seorang anggota keluarga pasien. Peristiwa ini mengejutkan publik setelah terungkap bahwa pelaku diduga membius korban sebelum melakukan aksi bejatnya.
Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Barat mengonfirmasi bahwa terduga pelaku berinisial PAP (31) telah diamankan dan resmi ditahan sejak 23 Maret 2025.
“Jadi sudah ditahan, tanggal 23 Maret sudah ditangkap. Dia sedang ambil spesialis anastesi,” ungkap Kombes Surawan, Direktur Kriminal Umum Polda Jabar, Rabu (9/4/2025).
Menanggapi kasus tersebut, Direktur Utama RSHS dr. Rachim Dinata Marsidi mengaku pihaknya telah mengambil tindakan cepat dengan memberhentikan seluruh aktivitas pendidikan pelaku di rumah sakit.
“Korban diduga dibius oleh yang bersangkutan, yang merupakan mahasiswa PPDS Anestesi. Ini adalah tindakan kriminal dan kami sudah tidak izinkan dia belajar atau praktik di RSHS,” tegas Rachim.
Ia juga menegaskan bahwa PAP bukanlah pegawai resmi rumah sakit, melainkan peserta didik dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) yang sedang menjalani masa pendidikan profesi di RSHS.
“Sudah kita keluarkan dan dikembalikan ke fakultas. Anak itu sudah kita blacklist dan tidak akan diizinkan lagi berpraktik di sini,” tambahnya.
Insiden ini menjadi sorotan serius manajemen RSHS. Rachim menyatakan bahwa pihaknya akan memperkuat sistem pengawasan internal terhadap semua mahasiswa dan tenaga medis yang terlibat dalam pelayanan pasien.
“Kami punya aturan yang jelas untuk pelanggaran ringan, sedang, dan berat. Dan ini adalah pelanggaran berat,” kata Rachim menegaskan.
Polda Jabar saat ini tengah memproses kasus tersebut secara hukum. PAP dijerat atas dugaan tindak pidana pemerkosaan yang dilakukan dengan modus pembiusan terhadap korban. Belum diungkapkan secara rinci kronologi kejadian maupun identitas korban demi menjaga privasi.
Kasus ini menyita perhatian publik karena melibatkan oknum dari dunia medis yang seharusnya menjadi penjaga keselamatan pasien dan keluarganya. Pihak RSHS dan Unpad kini tengah berupaya menjaga integritas dunia pendidikan dan pelayanan kesehatan dari kasus serupa di masa depan.
Kasus PAP menjadi tamparan keras bagi institusi pendidikan dan layanan kesehatan. Masyarakat pun mulai mendesak agar sistem pengawasan dan etika profesi dokter muda diperketat, demi menjamin keamanan dan kenyamanan pasien serta keluarganya saat berada di fasilitas kesehatan.