Usai Vietnam, Indonesia Jajaki Investasi Sapi Perah dengan Australia

8 hours ago 3

Redaksi Pewarta.co.id

Redaksi Pewarta.co.id

Minggu, Maret 16, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Usai Vietnam, Indonesia Jajaki Investasi Sapi Perah dengan Australia
Ilustrasi. Peternakan sapi perah. (Dok. Ist)

PEWARTA.CO.ID - Setelah sukses mengamankan komitmen investasi di sektor sapi perah dari Vietnam, pemerintah Indonesia kini membidik peluang kerja sama serupa dengan Australia.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebutkan bahwa pihaknya telah menawarkan peluang investasi kepada Negeri Kanguru dalam sektor peternakan tersebut.

Erick mengungkapkan bahwa setelah mendapatkan kesepakatan dengan perusahaan asal Vietnam, TH Group, Indonesia ingin memperluas investasi di bidang peternakan dengan menggandeng Australia.

“Ya saya juga tawarkan bisa juga Australia bisa melihat opportunity ini untuk berinvestasi bersama,” ujar Erick saat ditemui di kantor Kementerian BUMN, Minggu (16/3/2025).

Selain sektor pangan, Erick juga menyoroti potensi kerja sama dengan Australia di bidang pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Menurutnya, peluang ini terbuka lebar mengingat kebutuhan baterai kendaraan listrik yang berbasis nikel maupun lithium.

“Lalu juga dengan pembangunan ecosystem EV, karena kita tahu baterai daripada mobil itu kan ada yang nikel, ada juga yang LVP dengan litium segala, nah bisa aja ini kita bisa kerja samakan untuk menjadi supply chain daripada EV ke depan,” jelasnya.

Australia sebagai mitra strategis Indonesia di ASEAN

Sebagai negara tetangga dan mitra strategis di kawasan Indo-Pasifik, Australia memiliki peran penting dalam perdagangan dengan Indonesia dan ASEAN.

Erick menekankan bahwa kondisi geopolitik dan geoekonomi saat ini semakin menuntut penguatan hubungan perdagangan antara kedua negara.

“Karena kita lihat tentu situasi di dunia sekarang kan cukup menarik ya, dimana Australia juga mendapatkan tarif dari Amerika untuk bea, terus Kanada, Meksiko juga mendapatkan tarif hampir 25 persen, China 10 persen,” ungkap Erick.

Ia menambahkan bahwa kedekatan geografis antara Indonesia dan Australia dapat menjadi keuntungan tersendiri dalam meningkatkan kerja sama perdagangan.

Nah, hal-hal ini kita coba dorong, karena memang kita tetangga yang bisa meningkatkan sejumlah perdagangan,” pungkasnya.

Dengan inisiatif ini, Indonesia berupaya memperkuat sektor peternakan dan industri kendaraan listrik, sekaligus memperluas hubungan dagang dengan Australia demi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |