Hammad Hendra
Minggu, April 20, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilustrasi. (Dok. GOLFX/Shutterstock) |
PEWARTA.CO.ID - Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Infectious Diseases mengungkapkan bahwa penggunaan antibiotik yang terlalu sering pada anak-anak dapat menimbulkan dampak kesehatan serius di masa mendatang.
Temuan ini menjadi peringatan bagi para orang tua dan tenaga medis agar lebih bijak dalam penggunaan obat jenis ini.
Dilansir dari Pafihulusungaiselatankab.org pada Kamis (17/4/2025), para peneliti menemukan bahwa paparan antibiotik secara berulang di usia dini, khususnya sebelum anak berusia dua tahun, dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus.
Gangguan ini berpotensi memicu berbagai kondisi alergi, seperti asma, alergi makanan, hingga hay fever atau demam serbuk sari saat anak tumbuh besar.
“Antibiotik memainkan peran penting dalam memerangi infeksi bakteri, tetapi dokter harus berhati-hati saat meresepkan antibiotik kepada anak di bawah usia 2 tahun, karena penggunaan yang sering dapat memengaruhi hasil kesehatan jangka panjang,” kata Daniel Horton, penulis utama studi tersebut.
Selain alergi, penelitian ini juga mengungkap adanya indikasi kaitan antara konsumsi antibiotik dan peningkatan risiko gangguan intelektual.
Namun, para peneliti menekankan bahwa dibutuhkan studi lanjutan untuk memastikan sejauh mana hubungan ini valid secara ilmiah.
Menariknya, tidak semua gangguan kesehatan anak berkorelasi dengan penggunaan antibiotik.
Studi ini tidak menemukan kaitan signifikan antara konsumsi antibiotik dan risiko berkembangnya penyakit autoimun seperti celiac, radang usus, atau juvenile idiopathic arthritis.
Hal yang sama juga berlaku pada gangguan perkembangan saraf, termasuk attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) maupun autism spectrum disorder (ASD).
Jenis antibiotik yang diberikan dan frekuensi penggunaannya menjadi faktor penentu dalam tingkat risiko yang ditimbulkan.
Semakin sering antibiotik dikonsumsi, maka kemungkinan dampak negatif terhadap kesehatan anak pun semakin meningkat.
Horton menegaskan pentingnya konsultasi medis yang tepat sebelum memberikan antibiotik kepada anak. “Tidak semua infeksi pada anak kecil perlu diobati dengan antibiotik. Orang tua harus terus berkonsultasi dengan dokter anak mereka tentang perawatan terbaik,” ujar Horton, yang juga menjabat sebagai profesor madya pediatri dan epidemiologi di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School dan Rutgers School of Public Health.