Mayoritas Responden Khawatir Pekerjaan Tergusur oleh AI, Laporan Populix Mengungkap

1 month ago 42

Pewarta Network

Pewarta Network

Jumat, Desember 13, 2024

Perkecil teks Perbesar teks

Mayoritas Responden Khawatir Pekerjaan Tergusur oleh AI, Laporan Populix Mengungkap
Ilustrasi - Sejumlah pekerja berjalan sepulang kerja di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta. (Dok. ANTARA)

PEWARTA.CO.ID - Populix, perusahaan riset pasar, baru-baru ini merilis laporan bertajuk "Navigating Economic and Security Challenges in 2025", yang menunjukkan bahwa 62 persen responden khawatir pekerjaan mereka akan digantikan oleh kecerdasan buatan (AI). Temuan ini menjadi sorotan utama dalam survei yang dilakukan terhadap 1.190 responden di seluruh Indonesia, mencakup berbagai isu terkait tantangan ekonomi dan keamanan di masa depan.

VP of Research Populix, Indah Tanip, menjelaskan bahwa isu keamanan pekerjaan menjadi salah satu kekhawatiran utama para responden. Sebanyak 34 persen dari mereka merasa tertekan oleh perubahan sifat pekerjaan yang semakin mengutamakan fleksibilitas dibandingkan stabilitas.

"Hal ini disebabkan meningkatnya pekerjaan serabutan, pekerjaan kontrak, dan PHK yang membuat banyak orang merasa kurang kendali. Kemudian diperparah dengan teknologi kecerdasan buatan yang berkembang dengan sangat pesat," ujar Indah dalam keterangan pers, Jumat (12/12/2024).

Ada lima alasan utama yang mendasari kekhawatiran akan AI:

  1. Penggantian oleh mesin yang lebih akurat dan terjangkau (72 persen).
  2. Kesulitan bersaing dengan mesin yang dapat bekerja tanpa lelah (62 persen).
  3. Perkembangan AI yang terlalu canggih dianggap menjadi ancaman bagi manusia (60 persen).
  4. Kemiskinan dan ketidakstabilan sosial akibat AI (52 persen).
  5. Kurangnya kemampuan untuk bersaing atau bekerja berdampingan dengan AI (46 persen).

Ketakutan terhadap ketidaksetaraan juga muncul karena biaya akses ke teknologi AI yang mutakhir tidak bisa dijangkau oleh semua kalangan.

Guna menghadapi risiko ini, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan digital tenaga kerja Indonesia. Berbagai pelatihan dan kursus disediakan melalui Talenthub, Talent Corner, serta balai pelatihan yang tersebar di seluruh Indonesia.

Program ini dirancang khusus untuk generasi Z, guna mempersiapkan mereka menghadapi dunia kerja digital dan era AI. Kemnaker juga bekerja sama dengan kementerian terkait, seperti Kemendikdasmen, Kemendikti Saintek, dan Kementerian Kebudayaan, untuk mengintegrasikan pendidikan berbasis digital dalam kurikulum.

Selain itu, Kemnaker sedang menyusun peta jalan dan regulasi untuk melindungi pekerja digital dari dampak negatif AI, sekaligus mendorong pengembangan kemampuan digital.

Laporan ini menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Survei dilakukan sepanjang Agustus hingga September 2024, dengan jumlah responden yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dari kalangan menengah ke atas.

Metode ini diawali dengan enam sesi mini focus group discussion (FGD) untuk menggali isu secara mendalam, lalu divalidasi melalui survei skala nasional. Selain isu keamanan pekerjaan, survei ini juga menyoroti tiga isu utama lainnya:

  • Keamanan siber (67 persen).
  • Keamanan kesehatan (49 persen).
  • Dampak ekonomi digital (47 persen).

Dengan hasil survei ini, Populix memberikan gambaran penting mengenai tantangan yang dihadapi tenaga kerja Indonesia di era digital. Dukungan dari pemerintah dan pelaku industri sangat diperlukan untuk memastikan pekerja dapat beradaptasi dengan teknologi, sekaligus menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan stabil di masa depan.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |