Hammad Hendra
Minggu, Januari 26, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
Membangun optimisme keberlimpahan produksi beras nasional. Ilustrasi, (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID - Produksi beras nasional sepanjang 2024 mengalami sedikit penurunan sebesar 2,24 persen atau sekitar 700 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya.
Total produksi beras mencapai 30,41 juta ton, lebih rendah dari 31,10 juta ton pada 2023.
Meski demikian, ada harapan baru di awal 2025 dengan proyeksi peningkatan produksi.
Proyeksi optimis awal tahun
Menurut Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, produksi beras pada Januari dan Februari 2025 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada Januari 2024, produksi beras hanya mencapai 0,87 juta ton. Namun, angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 1,20 juta ton pada Januari 2025.
Tren serupa juga terlihat pada Februari, di mana produksi meningkat dari 1,39 juta ton pada 2024 menjadi 2,08 juta ton pada 2025.
Dengan demikian, total produksi beras selama dua bulan pertama 2025 diperkirakan mencapai 3,28 juta ton, naik 1,02 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tantangan dan upaya mitigasi
Meski proyeksi awal tahun menunjukkan peningkatan, tantangan tetap mengintai. Salah satu kendala utama adalah kondisi cuaca yang semakin sulit diprediksi.
Jika panen raya yang diproyeksikan berlangsung antara Maret hingga Mei 2025 bertepatan dengan musim hujan, dampaknya terhadap kualitas dan kuantitas hasil panen bisa signifikan.
Penyediaan alat pengering gabah menjadi salah satu solusi yang mendesak. Tingginya kadar air pada gabah akibat musim hujan sering kali menurunkan harga jual petani.
Oleh karena itu, pemerintah diharapkan memperkuat program bantuan alat dan mesin pertanian, seperti traktor dan pengering gabah, untuk mendukung produktivitas petani.
Selain itu, infrastruktur pertanian, seperti sistem irigasi dan gudang penyimpanan, perlu ditingkatkan guna meminimalkan dampak buruk dari kondisi cuaca yang tidak menentu.
Fokus pada stabilitas harga dan cadangan beras
Keberhasilan sektor perberasan nasional tidak hanya ditentukan oleh produksi di tingkat hulu, tetapi juga efisiensi pascapanen dan kestabilan harga di tingkat petani.
Pemerintah perlu memastikan distribusi beras berjalan lancar dan cadangan beras nasional dikelola dengan baik untuk menjaga stabilitas harga sepanjang tahun.
Kebijakan penghentian impor beras mulai 2025 menjadi momen penting untuk meningkatkan kemandirian pangan nasional.
Namun, keberhasilan kebijakan ini bergantung pada kesiapan sektor pertanian dalam negeri.
Penguatan teknologi prediksi cuaca, modernisasi alat pertanian, dan akses pembiayaan bagi petani menjadi langkah konkret yang harus diambil untuk mendukung keberhasilan ini.
Langkah menuju swasembada pangan
Dalam beberapa tahun terakhir, sektor pertanian menunjukkan ketahanan yang baik meskipun menghadapi tantangan, seperti perubahan iklim dan fluktuasi harga.
Petani semakin terbiasa menghadapi ketidakpastian cuaca dan mulai mengadopsi teknologi inovatif dalam budidaya padi.
Namun, dukungan kebijakan yang berpihak kepada petani tetap menjadi kunci utama keberhasilan.
Pemerintah perlu memperkuat akses pasar bagi petani untuk memastikan harga gabah tetap stabil, terutama saat panen raya.
Dengan sinergi antara petani, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya, optimisme keberlimpahan produksi beras bukan hanya menjadi target, tetapi juga bisa menjadi kenyataan.
Harapan masa depan
Kebijakan penghentian impor beras harus diiringi dengan langkah konkret untuk memastikan produksi nasional mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Jika berhasil, Indonesia tidak hanya akan mencapai swasembada pangan, tetapi juga memperkuat sistem ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Dengan strategi yang tepat, semangat kerja sama, dan komitmen kuat dari semua pihak, ketahanan pangan nasional dapat terwujud, membawa manfaat besar bagi masyarakat dan sektor pertanian Indonesia di masa depan.