Hammad Hendra
Kamis, Januari 16, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ekonom: Pemangkasan BI-Rate menjadi 5,75 persen langkah mengejutkan. (Dok. Tirto) |
Jakarta, Pewarta.co.id – Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari, menyatakan bahwa keputusan Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) menjadi 5,75 persen merupakan langkah yang mengejutkan.
Pasalnya, survei Bloomberg terhadap 38 peramal ekonomi sebelumnya memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga di level 6 persen.
“Mengapa begitu mengejutkan? Kami memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga pada kuartal ini, tetapi tidak pada hari Rabu (15/1/2025),” ungkap Pranjul dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Faktor yang menimbulkan kejutan
Keputusan BI ini cukup mengejutkan karena terjadi di tengah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sejak awal 2025.
Menurut Pranjul, selama ini BI menunjukkan sensitivitas terhadap pelemahan mata uang asing, bahkan pernah menaikkan suku bunga dua kali pada April 2024 dan Oktober 2023 ketika rupiah melemah lebih signifikan dibandingkan saat ini.
Selain itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa surplus neraca perdagangan Desember 2024 hanya mencapai 2,2 miliar dolar AS, turun dari 4,4 miliar dolar AS pada November 2024.
BI juga mencatat adanya arus modal masuk yang lemah di awal Januari serta memproyeksikan defisit neraca perdagangan 2025 akan lebih lebar (0,5-1,3 persen dari PDB) dibandingkan tahun 2024 (0,1-0,9 persen dari PDB).
“Semua ini menjadikannya langkah yang mengejutkan,” tegas Pranjul.
Pertimbangan BI memotong suku bunga
Dalam pandangan HSBC Global Research, alasan utama di balik pemangkasan BI-Rate adalah kekhawatiran mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Pranjul menyebutkan bahwa BI menyoroti pertumbuhan yang lebih lemah dari perkiraan pada kuartal IV 2024.
“Antara Juli hingga November 2024, PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi, dan pertumbuhan kredit melambat dari 12,3 persen pada April menjadi 9,5 persen pada Desember 2024,” jelasnya.
Selain itu, BI sedikit menurunkan proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 2025 dari 4,8-5,6 persen menjadi 4,7-5,5 persen, dengan menyoroti lemahnya tren ekspor, konsumsi, dan investasi swasta.
Di sisi lain, inflasi yang jauh di bawah target juga menjadi faktor penting. Pada Desember 2024, inflasi tercatat sebesar 1,6 persen, lebih rendah dari target BI sebesar 2,5 persen plus-minus 1 persen.
Prediksi penurunan suku bunga lebih Lanjut
HSBC Global Research memproyeksikan bahwa BI akan melanjutkan pelonggaran moneter dengan dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) pada kuartal II 2025.
Jika prediksi ini terwujud, suku bunga acuan akan turun menjadi 5,25 persen.
“Menurut kami, pelonggaran moneter ini secara strategis akan membuat suku bunga acuan sedikit lebih tinggi dari tingkat sebelum pandemi (5 persen pada Januari 2020), mengingat nilai tukar yang lebih fluktuatif selama beberapa tahun terakhir,” kata Pranjul.
Langkah ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang penuh tantangan, meskipun keputusan awal ini tetap mengejutkan banyak pihak.