Pulau Pramuka Sulap Sampah Plastik Jadi Solar, Produksi Capai 20 Liter Sehari!

1 day ago 9

Redaksi Pewarta.co.id

Redaksi Pewarta.co.id

Kamis, Mei 29, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Pulau Pramuka Sulap Sampah Plastik Jadi Solar, Produksi Capai 20 Liter Sehari!
Pengolahan sampah plastik di Pulau Pramuka. (Dok. Ist)

PEWARTA.CO.ID — Inovasi pengolahan sampah plastik yang ramah lingkungan tengah berlangsung di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

Melalui program Kampung Berseri Astra, warga setempat berhasil mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar solar menggunakan teknologi pirolisis.

Produksi harian dari proses ini bahkan bisa mencapai 20 liter solar, menjadi bukti bahwa solusi lingkungan juga bisa memberi manfaat energi.

Bank sampah yang menjadi pusat kegiatan ini adalah Rumah Literasi Hijau, yang telah aktif sejak tahun 2020.

Di tempat ini, sampah plastik diolah melalui metode pirolisis—sebuah proses pemanasan bahan organik pada suhu tinggi yang menghasilkan gas, cairan, dan residu padat.

Mesin pirolisis di Rumah Literasi Hijau mampu mengolah hingga 20 kilogram sampah plastik per hari.

“(Per hari) Mungkin bisa mengolah sampai 20 kilogram, hasilnya itu bisa kurang lebih 20 liter,” ujar Abda, relawan di Rumah Literasi Hijau, saat ditemui di lokasi, Rabu, 28 Mei 2025.

Menurut Abda, sebelum masuk mesin, sampah plastik terlebih dahulu dipilah menjadi tujuh jenis berdasarkan kandungan dan efektivitasnya dalam proses pirolisis.

Plastik jenis polypropylene (PP 5) disebut sebagai jenis terbaik untuk diolah karena memiliki hasil konversi tinggi.

"Misalnya ada plastik jenis PP 5, itu biasanya lebih worth it untuk diolah dengan mesin pirolisis ini, hasilnya itu lebih bagus. Bisa 1 banding 1, misalnya kami masukkan 1 kilogram, jadinya 1 liter," jelasnya.

Sementara itu, jenis plastik lain seperti low density polyethylene (LDPE), yang sering dijumpai pada kantong keresek, juga bisa diolah, meski hasilnya tidak setinggi PP 5.

“Itu biasanya kalau kami olah plastik kondisi bersih, kering, bisa mendapatkan hasil 1 kilogram, kemudian jadinya 700-800 mililiter,” ujar Abda lagi.

Sebaliknya, plastik yang mengandung unsur aluminium seperti kemasan lotion atau bahan styrofoam cenderung tidak efektif diolah menjadi solar.

“Karena ada kandungan aluminiumnya itu, jadi minyak dari plastiknya itu sedikit,” tambahnya.

Pengolahan ini masih dilakukan secara manual, terutama pada tahap pemilahan, sehingga produktivitas sangat tergantung pada jumlah tenaga kerja dan kualitas sampah yang diterima.

Sejak mulai beroperasi, Rumah Literasi Hijau tercatat telah mengolah lebih dari 8 ton sampah plastik yang berhasil dikonversi menjadi bahan bakar solar.

“Data dari 2020-2022, kami kurang lebih sudah mengolah sampah sekitar 8 ton. 8 ton sampah plastik yang sudah terolah dan menjadi bahan bakar solar di sini,” jelas Abda.

Program pengelolaan sampah ini juga didukung sistem digital yang memungkinkan pemantauan real-time terhadap kinerja setiap unit bank sampah di wilayah Kepulauan Seribu. Teknologi ini memudahkan evaluasi sekaligus membantu mempercepat proses pengambilan keputusan.

"Teknologi itu memungkinkan kami melihat dinamika bank sampah, apakah satu bank sampah bisa menggerakkan segitu banyak sumber daya, bisa input seberapa banyak," kata Mahariah, penggerak lokal Kampung Berseri Astra di Pulau Pramuka.

Program Kampung Berseri Astra merupakan bagian dari komitmen PT Astra International Tbk untuk membangun desa mandiri dan ramah lingkungan. Inisiatif ini telah tersebar ke lebih dari 1.500 kampung di seluruh Indonesia.

"Rasanya ke Pulau Pramuka ini bagi Astra seperti pulang kampung, karena kami sudah ada program lebih dari 10 tahun di sini, Kampung Berseri Astra dan terus bergulir program-programnya. Kampung Berseri Astra ini adalah salah satu dari komitmen Astra untuk membantu Indonesia lebih baik," ungkap Head of Communications Management System and Partnership Astra, Elmeirillia Lonna.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |