Hammad Hendra
Kamis, Mei 22, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilsutrasi. Hindari 4 kalimat ini jika ingin anak tumbuh sukses, kata ahli parenting. (Dok. Getty Images) |
PEWARTA.CO.ID - Peran orang tua sangat besar dalam membentuk karakter dan masa depan anak.
Selain memenuhi kebutuhan fisik, dukungan secara emosional juga memegang peranan penting dalam perkembangan anak, baik secara akademis maupun dalam membangun kepercayaan diri.
Salah satu aspek yang sering kali diabaikan adalah kekuatan ucapan yang dilontarkan orang tua setiap hari.
Kalimat-kalimat yang terdengar sepele ternyata bisa memberikan dampak besar, baik positif maupun negatif, terhadap pertumbuhan mental anak.
Lingkungan yang penuh dukungan dan kata-kata yang membangun dapat membantu anak menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.
Sebaliknya, ucapan yang melemahkan semangat bisa menghambat potensi mereka.
Margot Machol Bisnow, penulis buku Raising an Entrepreneur: How to Help Your Children Achieve Their Dream, dalam wawancara yang dikutip dari CNBC Make It, menjelaskan empat jenis kalimat yang sebaiknya dihindari oleh orang tua. Berikut ulasannya:
1. “Kalau nilaimu bagus, ayah/ibu kasih uang.”
Memberikan imbalan materi seperti uang untuk nilai yang baik sering kali dianggap sebagai bentuk motivasi.
Namun, pendekatan ini justru bisa membuat anak lebih fokus pada hasil, bukan pada proses belajar itu sendiri.
Anak mungkin tumbuh dengan pemahaman bahwa usaha hanya layak dilakukan jika ada imbalan konkret.
Fokus berlebihan pada pencapaian akademis juga berisiko menutup ruang bagi perkembangan bakat anak di bidang lain.
Alih-alih menekankan pada nilai semata, orang tua dianjurkan memberikan dukungan terhadap berbagai aspek kehidupan anak.
2. “Kamu nggak boleh main kalau nilai belum naik.”
Melarang anak bermain sebagai hukuman atas performa akademis bisa menjadi bumerang.
Padahal, aktivitas bermain sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya dalam mengasah kemampuan bersosialisasi, memahami aturan, dan mengambil keputusan.
Anak-anak membutuhkan keseimbangan antara belajar dan bermain.
Memberikan waktu untuk bermain bukan berarti orang tua abai terhadap pendidikan, melainkan sebagai bagian dari pendekatan holistik dalam membentuk kepribadian anak.
3. “Ayah/ibu tidak percaya kamu, jadi PR kamu dicek dan dibetulkan kalau ada yang salah.”
Mengajarkan tanggung jawab memang penting, namun tidak dengan cara meragukan kemampuan anak secara terus-menerus.
Ketika anak diberi kepercayaan untuk menyelesaikan tugasnya, mereka belajar bertanggung jawab, menghadapi konsekuensi, dan belajar dari kesalahan mereka sendiri.
Pengalaman serupa pernah dialami oleh pengusaha John Arrow saat masih kecil.
Meskipun pernah mengalami kesalahan saat membuat koran sekolah, orang tuanya tetap memberi ruang untuk belajar dari pengalaman tersebut.
"Meski sempat mendapat masalah karena kesalahan dalam membuat koran sekolah, orang tuanya tetap mendukung dan membiarkannya belajar dari pengalaman itu. Dukungan tersebut membentuk kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab yang kuat dalam dirinya.”
Contoh ini menunjukkan bahwa dukungan orang tua dalam bentuk kepercayaan bisa memberikan dampak besar bagi perkembangan karakter anak.
4. “Ayah/ibu memberi tambahan uang saku supaya kamu bisa membeli apapun yang kamu mau.”
Memanjakan anak dengan uang tanpa batas bisa menghambat proses belajar mengenai pengelolaan keuangan dan pengendalian diri.
Anak yang terbiasa mendapat segala keinginannya dengan mudah bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak sabar, manja, dan tidak mandiri.
Sebaliknya, orang tua dianjurkan untuk mengajarkan pentingnya menabung, memahami nilai uang, serta membentuk kebiasaan keuangan yang sehat sejak dini.
Menghindari empat kalimat ini mungkin terasa sepele, namun sebenarnya merupakan langkah penting dalam mendidik anak agar tumbuh menjadi individu yang sukses, bertanggung jawab, dan percaya diri.
Dukungan yang diberikan melalui kata-kata yang tepat akan menjadi fondasi kuat bagi masa depan mereka.
Tetap semangat, ayah dan bunda!