Gaza Memanas, Netanyahu Buka Peluang Gencatan Senjata di Tengah Sorotan Dunia

5 hours ago 5

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Kamis, Mei 22, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Netanyahu Buka Peluang Gencatan Senjata Sementara di Gaza di Tengah Tekanan Global
Netanyahu Buka Peluang Gencatan Senjata Sementara di Gaza di Tengah Tekanan Global. (Dok. Reuters)

PEWARTA.CO.ID - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengisyaratkan kesiapan untuk mempertimbangkan gencatan senjata bersifat sementara di Jalur Gaza.

Hal ini disampaikannya sebagai respons atas meningkatnya tekanan internasional terkait eskalasi militer dan terhambatnya bantuan kemanusiaan di wilayah Palestina.

"Jika ada pilihan untuk gencatan senjata sementara untuk membebaskan sandera, kami akan siap," kata Netanyahu pada Rabu (21/5/2025), seperti dikutip AFP.

Ia menambahkan bahwa masih ada sekitar 20 sandera yang diyakini hidup dan masih ditahan oleh kelompok Hamas serta sekutunya.

Meskipun membuka kemungkinan untuk jeda dalam pertempuran, Netanyahu tetap menegaskan tujuan akhir operasi militernya, yakni menempatkan seluruh Gaza di bawah kendali Israel.

“Kita harus menghindari krisis kemanusiaan untuk menjaga kebebasan kita dalam tindakan operasional,” ujarnya lebih lanjut.

Pernyataan tersebut muncul beberapa jam setelah insiden serius terjadi di Tepi Barat.

Pasukan Israel melepaskan tembakan peringatan di dekat sekelompok diplomat asing yang tengah mengunjungi wilayah tersebut, khususnya di sekitar kota Jenin yang kerap menjadi pusat ketegangan.

Aksi tersebut langsung memicu kecaman luas dari berbagai negara dan memperburuk situasi diplomatik.

Kementerian Luar Negeri Palestina menuduh militer Israel melakukan aksi yang disengaja terhadap para diplomat.

Mereka menyatakan bahwa pasukan Israel “dengan sengaja menargetkan dengan tembakan langsung delegasi diplomatik terakreditasi” di wilayah tersebut.

Seorang diplomat dari Eropa mengungkapkan bahwa delegasi itu berada di lokasi untuk menyaksikan langsung dampak kehancuran akibat operasi militer Israel yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Sementara itu, militer Israel memberikan klarifikasi bahwa kelompok diplomat tersebut dianggap telah keluar dari jalur yang sebelumnya disepakati dan masuk ke zona yang dibatasi.

Pasukan kemudian melepaskan tembakan sebagai peringatan dan untuk mengarahkan mereka menjauh.

"Tidak ada luka yang dilaporkan," kata pihak militer, sambil menyatakan penyesalan atas “ketidaknyamanan yang disebabkan”.

Tindakan ini mengundang kecaman dari berbagai negara, termasuk Belgia, Kanada, Mesir, Prancis, Jerman, Italia, Portugal, Belanda, Spanyol, Turki, Uruguay, serta Uni Eropa.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, juga menyerukan agar Israel melakukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut dan memastikan mereka yang bertanggung jawab mendapat sanksi yang layak.

Serangan awal dari kelompok Hamas pada Oktober 2023 sebelumnya telah menewaskan 1.218 orang di Israel, mayoritas warga sipil.

Selain itu, 251 orang disandera, dengan 57 di antaranya diyakini masih berada di Gaza 34 di antaranya telah dinyatakan tewas oleh pihak militer.

Seiring berlanjutnya konflik, Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Selasa mengumumkan bahwa jumlah korban jiwa sejak serangan dilanjutkan pada 18 Maret lalu telah mencapai 3.509 orang.

Total korban jiwa sejak awal perang kini menyentuh angka 53.655 jiwa.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |