Redaksi Pewarta.co.id
Jumat, November 07, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
| Israel Gempur Lebanon Selatan, Lancarkan Serangan Udara Besar-besaran |
PEWARTA.CO.ID — Situasi di perbatasan Lebanon–Israel kembali memanas. Militer Israel meluncurkan serangan udara skala besar ke wilayah Lebanon selatan pada Kamis (6/11/2025), tak lama setelah memerintahkan penduduk di sejumlah area untuk segera mengungsi.
Israel mengklaim serangan itu ditujukan untuk mencegah Hizbullah membangun kembali kekuatan militernya di kawasan tersebut.
Langkah agresif ini terjadi meski setahun lalu kedua pihak telah menyepakati gencatan senjata yang bertujuan mengakhiri pertikaian berkepanjangan antara milisi Hizbullah dan Israel.
Di tengah upaya militer Lebanon yang juga telah berbulan-bulan melakukan pembersihan basis kelompok bersenjata itu, eskalasi kini kembali meningkat.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan satu korban tewas dan satu luka-luka akibat serangan udara yang berlangsung sejak siang hingga sore hari.
Israel minta warga mengungsi
Juru Bicara Militer Israel, Avichay Adraee, menerbitkan tiga perintah evakuasi sekaligus melalui platform X sekitar pukul 15.00 waktu setempat.
Perintah itu mengidentifikasi zona berbahaya di Aita al-Jabal, Al-Tayyiba, serta Tayr Debba, yang letaknya berdekatan dengan perbatasan hingga sekitar 24 km di utara.
Penduduk diminta menjauh sejauh 500 meter dari lokasi yang ditandai. Menurut kantor berita pemerintah Lebanon, petugas pertahanan sipil dikerahkan untuk membantu proses evakuasi.
Hanya berselang satu jam setelah pengumuman tersebut, serangan udara Israel menghantam wilayah Lebanon selatan, menyisakan asap tebal yang membubung ke angkasa.
Kekhawatiran publik pun meningkat seiring peringatan terbaru para pejabat Israel yang mengancam akan mengambil tindakan lebih keras bila pemerintah Lebanon dianggap tak mampu menghentikan Hizbullah mempersenjatai diri.
"Kita berada dalam situasi yang sangat berbahaya; jika keadaan terus seperti ini... maka semua harapan hilang. Tidak ada yang tahu ke mana konsekuensi dari masalah ini akan mengarah," ujar Farid Nahnouh, Wali Kota Tayr Debba, dikutip Reuters.
Israel tegaskan siap bertindak, Hizbullah balik mengancam
Serangan yang disebut Israel untuk menargetkan lokasi militer Hizbullah sebenarnya sudah sering terjadi dalam setahun terakhir. Namun, pemberian perintah evakuasi seperti kali ini disebut sebagai langkah yang jarang ditempuh.
"Israel akan terus mempertahankan seluruh perbatasannya, dan kami juga terus mendesak penegakan penuh perjanjian gencatan senjata antara Lebanon dan Israel," kata Juru Bicara Pemerintah Israel, Shosh Bedrosian.
Bedrosian menegaskan bahwa Israel tidak akan memberi ruang bagi Hizbullah memulihkan kekuatan militernya yang terkikis akibat perang pada 2023–2024.
Di sisi lain, Hizbullah menyatakan pihaknya masih berkomitmen terhadap gencatan senjata. Namun mereka menegaskan tetap memiliki “hak yang sah” untuk melawan Israel dan enggan melucuti senjata sepenuhnya. Sejak kesepakatan damai diberlakukan tahun lalu, kelompok tersebut mengklaim tidak lagi menembakkan roket ke Israel.
PBB kecam pelanggaran resolusi
Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) mengecam serangan ini sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap Resolusi Dewan Keamanan 1701, yang menjadi dasar menjaga stabilitas di perbatasan kedua negara sejak 2006.
"Kami menyerukan kepada Israel untuk segera menghentikan serangan-serangan ini dan semua pelanggaran resolusi 1701. Demikian pula, kami mendesak para aktor Lebanon untuk menahan diri dari segala respons yang dapat memperburuk situasi," tulis UNIFIL dalam pernyataan resmi.
Militer Lebanon juga mengutuk agresi tersebut dan menilai tindakan Israel hanyalah upaya memperluas kehancuran di wilayah selatan sekaligus mengancam stabilitas nasional.


















































