Redaksi Pewarta.co.id
Jumat, November 07, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
| Viral Amplop 'Buwuhan' Kondangan di Pujon Malang Dibuka dan Dicatat di Komputer Depan Tamu |
PEWARTA.CO.ID — Sebuah video acara pernikahan di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mendadak ramai diperbincangkan warganet.
Video tersebut memperlihatkan proses pencatatan amplop buwuhan atau sumbangan dari tamu undangan yang dilakukan secara terbuka di depan publik.
Dalam rekaman itu, para tamu yang datang membawa amplop sumbangan tampak langsung menyerahkan amplop tersebut kepada petugas.
Amplop kemudian dibuka saat itu juga, lalu isi nominalnya dicatat dalam komputer dan ditampilkan secara live melalui layar monitor di lokasi acara.
Fenomena ini sontak menjadi pusat perhatian lantaran berbeda dari kebiasaan umumnya, di mana amplop sumbangan biasanya dimasukkan ke dalam kotak khusus dan baru dihitung setelah acara selesai.
Tradisi yang sudah lama ada di Malang Raya
Setelah ditelusuri, praktik ini ternyata bukan hal baru di beberapa daerah. Video tersebut terkonfirmasi terjadi di wilayah Pujon, Kabupaten Malang.
Ipin Irfani, vendor yang bertugas di acara sekaligus perekam video sebelum viral, membenarkan kejadian tersebut. Ia hadir sebagai Master of Ceremony (MC) dalam pesta tersebut.
“Waktu itu saya jadi MC dan memang dari pemangku hajat menyediakan petugas untuk itu (membuka amplop dan mencatat langsung,red).
Di beberapa desa dan kampung-kampung di Malang Raya ketika ada pesta pernikahan ada yang seperti itu. Bedanya itu pakai layar komputer miror jadi yang bawa amplop melihat nama dan sumbangannya dicatat pakai Excel,” kata Ipin Irfani kepada Suryamalang.com, Kamis (6/11/2025).
Bahkan, menurutnya, daerah lain di sekitar Jawa Timur juga menerapkan kebiasaan serupa.
“Bahkan setahu saya di Madura kalau datang ke nikahan itu amplopnya dibuka langsung dan sebutkan pakai pengeras suara nama dan jumlahnya,” ujarnya.
Alasan transparansi dan cegah amplop kosong
Ipin menjelaskan bahwa tradisi ini memiliki alasan khusus dan bukan semata-mata untuk mempermalukan tamu.
“Sumbangan saat pernikahan itu diangkap sebagai tabungan bagi tamu yang datang sedangkan bagi pemilik acara itu merupakan balas budi atau timbal balik nantinya. Sekaligus untuk mengantisipasi adanya amplop kosong,” jelasnya.
Istilah “tabungan” yang dimaksud merujuk pada budaya timbal balik, di mana keluarga pemilik hajat akan memberikan sumbangan serupa ketika tamu tersebut mengadakan pesta.
Dalam kebanyakan acara pernikahan, tamu meletakkan amplop ke dalam kotak khusus atau diberikan langsung kepada keluarga pengantin tanpa pengumuman terbuka. Catatan uang sumbangan biasanya dilakukan secara tertutup setelah acara usai.
Namun bagi sebagian wilayah, transparansi dianggap penting agar tidak terjadi salah paham terkait jumlah sumbangan yang diberikan.
Walau terbilang wajar dalam konteks budaya setempat, video yang beredar luas tersebut memancing beragam komentar warganet. Ada yang menganggap unik, ada pula yang merasa sungkan jika mengalami perlakuan serupa.
Tradisi pencatatan buwuhan secara komputerisasi yang dinilai “agak lain” dari kebiasaan umum inilah yang akhirnya membuat banyak orang penasaran dan ikut memperbincangkannya di media sosial.


















































