Hammad Hendra
Senin, Maret 17, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata, Ni Made Ayu Marthini. (Dok. Ist) |
Jakarta, Pewarta.co.id – Memasuki musim libur Lebaran, wisatawan diimbau untuk lebih cermat dalam memilih akomodasi demi menghindari potensi penipuan.
Kementerian Pariwisata menyoroti tren meningkatnya penggunaan vila dan homestay sebagai pilihan utama wisatawan dalam berlibur.
Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata, Ni Made Ayu Marthini, menegaskan bahwa setiap wisatawan memiliki preferensi berbeda dalam memilih tempat menginap.
Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk tetap berhati-hati agar tidak mengalami pengalaman buruk akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Kita juga harus respek ya, karena setiap orang sebagai konsumen punya preferensi yang berbeda-beda," ujar Made dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Transparansi harga dan legalitas penginapan
Selain mewaspadai modus penipuan, wisatawan juga disarankan untuk memastikan bahwa layanan yang diterima sesuai dengan informasi yang dijanjikan oleh penyedia akomodasi.
Kejelasan harga menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Jangan lupa, pastikan vila itu atau yang lainnya terdaftar sebagai unit usaha yang legal dan sebagainya. Asal seperti itu tidak apa-apa karena pada akhirnya mereka bayar pajak, itu kan masuknya ke pemerintah juga yang digunakan untuk pembangunan nantinya," tambah Made.
Pernyataan ini menegaskan pentingnya memilih penginapan yang telah memiliki izin usaha resmi agar tidak hanya memberikan rasa aman bagi wisatawan tetapi juga mendukung sektor pariwisata yang lebih tertata dan berkontribusi pada pembangunan nasional.
Tren wisata bersama dan efek FOMO
Fenomena lain yang menjadi perhatian Kementerian Pariwisata adalah meningkatnya kebiasaan wisatawan untuk bepergian dalam kelompok besar.
Hal ini sering kali dipicu oleh keinginan untuk mengikuti tren atau fear of missing out (FOMO).
Destinasi yang sedang populer menjadi incaran utama wisatawan yang ingin merasakan pengalaman baru bersama teman atau keluarga.
"Semuanya punya segmen, jadi, kita mendorong gitu ya dari sini dan yang penting adalah semuanya memberikan sumbangsih atau dampak positif terhadap ekonomi, budaya, dan dia menjaga juga alam dan sebagainya," jelas Made.
Prediksi lonjakan wisatawan di libur lebaran
Kementerian Pariwisata memproyeksikan bahwa pergerakan wisatawan nusantara selama libur Lebaran tahun ini akan mencapai lebih dari 140 juta orang.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan memperkirakan puncak arus mudik akan terjadi pada 28 Maret, dengan sekitar 12,1 juta orang melakukan perjalanan pada hari tersebut.
Dengan tingginya mobilitas masyarakat selama periode liburan, wisatawan diharapkan lebih teliti dalam memilih penginapan agar liburan tetap nyaman dan aman.