Pewarta Network
Kamis, April 10, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilustrasi - Makanan sehat memperbaiki kualitas nutrisi calon ibu dan ayah. (Dok. Pixabay). |
PEWARTA.CO.ID - Risiko bayi lahir dengan sindrom down ternyata bisa ditekan sejak sebelum kehamilan, salah satunya dengan memperbaiki kualitas nutrisi calon ibu dan ayah. Hal ini disampaikan oleh dr. Better Versi Paniroi, Sp.OG, dokter spesialis kandungan dari Universitas Indonesia, dalam sebuah diskusi kesehatan di Jakarta.
Menurut dr. Better, kelainan kromosom yang menyebabkan sindrom down, terutama pada kromosom 21, bisa dicegah jika pasangan sudah mempersiapkan kehamilan dengan baik. Kualitas sel telur dan sperma sangat bergantung pada kesehatan dan nutrisi pasangan sebelum pembuahan terjadi.
“Bisa dicegah dan diperbaiki salah satunya memperbaiki kualitas ibu hamil atau persiapan sebelum kehamilan supaya sel telur dan kualitas sperma suami bisa diperbaiki sehingga tidak ada kelainan kromosom,” ujar Better.
Ia menekankan bahwa kekurangan nutrisi penting seperti vitamin D, asam folat, vitamin A, selenium, dan zinc bisa memicu terjadinya gangguan pada pembentukan organ penting janin, terutama jantung. Kondisi ini sering ditemukan pada anak dengan sindrom down.
Jantung mulai terbentuk sejak usia kehamilan 4 hingga 5 minggu dan berlanjut hingga trimester kedua. Oleh karena itu, deteksi dini sangat krusial untuk menghindari komplikasi serius.
“Saat proses pembentukan kalau tahu dari awal bisa diperbaiki sehingga kelainan jantung mungkin bisa lebih minimal atau tidak terjadi sama sekali,” katanya.
Risiko anak mengidap sindrom down juga meningkat seiring bertambahnya usia ibu. Pada wanita di bawah 35 tahun, risiko hanya sekitar satu persen, namun melonjak hingga lima persen bagi mereka yang hamil di atas usia tersebut. Faktor-faktor seperti penuaan sel telur, pola makan yang buruk, dan paparan polusi menjadi penyebab utama.
Untuk memastikan kondisi janin, dr. Better menyarankan pemeriksaan USG di usia kehamilan 11 hingga 13 minggu. Pada tahap ini, dokter bisa mendeteksi tanda-tanda awal seperti tulang hidung yang tidak terbentuk, penumpukan cairan di leher, atau gangguan aliran darah.
Pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kelainan kromosom dapat dilakukan dengan skrining darah ibu menggunakan metode NIPT (Non-Invasive Prenatal Test), meski biaya pemeriksaan ini relatif tinggi.
“Tapi bisa yang sederhana dengan pemeriksaan darah ibunya, ada pemeriksaan NIPT yaitu pemeriksaan bayi dari ibunya cek HB biasa lalu diambil darah ibu, tapi tinggi dari segi biaya,” jelasnya.
Masalah lain yang sering terjadi pada ibu hamil adalah kekurangan mikronutrien, terutama zat besi, vitamin D, dan zinc. Menurut dr. Better, sekitar 47 persen ibu hamil mengalami anemia, yang bisa berdampak serius pada perkembangan otak janin dan menurunkan IQ anak.
“Untuk anemia sendiri banyak sekali pada ibu hamil, tentunya yang kita takutkan bayinya, bisa lahir kecil dan organ-organnya terganggu dari otak, ginjal, paru-paru,” jelasnya lebih lanjut.
Lebih jauh, dr. Better menyatakan bahwa banyak penyakit yang muncul pada masa dewasa sebenarnya berakar dari kurangnya nutrisi saat dalam kandungan. Oleh karena itu, persiapan kehamilan harus menjadi prioritas utama bagi calon orangtua agar bisa melahirkan generasi yang sehat, cerdas, dan tangguh.