Hammad Hendra
Minggu, April 06, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilustrasi mata uang rupiah. (Dok. Getty Images) |
PEWARTA.CO.ID - Ketidakpastian ekonomi masih menjadi momok bagi masyarakat Indonesia pada awal tahun 2025.
Kondisi ini ditandai oleh munculnya potensi inflasi yang tinggi, meskipun dalam dua bulan pertama justru tercatat terjadi deflasi secara bulanan (month-to-month).
Fenomena ini mencerminkan tekanan terhadap daya beli masyarakat yang semakin terasa.
Situasi ekonomi yang serba tak menentu menuntut adanya penyesuaian dalam pengelolaan keuangan, khususnya di tingkat rumah tangga.
Untuk itu, berbagai strategi harus mulai diterapkan demi menjaga kestabilan finansial dalam jangka pendek maupun panjang.
Prioritaskan kebutuhan pokok dan kurangi pengeluaran tidak mendesak
Baratadewa Sakti Perdana, seorang praktisi keuangan keluarga sekaligus pendamping keuangan untuk pelaku UMKM, menekankan pentingnya penataan anggaran yang cermat.
Menurutnya, masyarakat perlu mengutamakan kebutuhan utama dan menghindari pemborosan.
“Masyarakat perlu memprioritaskan anggaran untuk kebutuhan pokok seperti pangan, energi, dan kesehatan. Pengeluaran yang tidak mendesak sebaiknya dikurangi agar anggaran tetap seimbang,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara.
Membangun ketahanan pangan dan belanja cerdas
Salah satu solusi yang dinilai efektif untuk menghadapi kenaikan harga pangan adalah dengan meningkatkan ketahanan pangan mandiri.
Warga bisa memanfaatkan lahan sempit di rumah untuk menanam sayuran secara konvensional maupun melalui sistem hidroponik.
Selain itu, membeli kebutuhan pokok langsung dari petani atau UMKM yang terhubung langsung dengan produsen dinilai lebih hemat.
Langkah ini tidak hanya mengurangi biaya, tapi juga memutus rantai distribusi yang sering kali menyebabkan lonjakan harga akibat perantara.
Pendapatan tambahan dan efisiensi transportasi
Di tengah situasi yang tidak stabil, mengandalkan satu sumber penghasilan bisa sangat berisiko.
Diversifikasi pendapatan menjadi langkah yang direkomendasikan agar keuangan tetap aman.
“Usaha sampingan, seperti bisnis online atau jasa berbasis keterampilan, bisa menjadi tambahan pemasukan yang bermanfaat,” jelasnya.
Dalam aspek mobilitas, pengeluaran untuk transportasi sebaiknya dioptimalkan.
Penggunaan transportasi umum atau layanan daring dapat menjadi solusi hemat.
Sementara itu, untuk jarak dekat, berjalan kaki atau bersepeda bisa menjadi opsi yang lebih sehat dan efisien secara finansial.
Aset aman dan peran komunitas
Dalam menjaga nilai kekayaan di tengah gejolak ekonomi, investasi pada aset stabil seperti emas atau mata uang asing dianggap sebagai strategi yang bijak.
“Emas cenderung stabil dan sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Simpanan dalam mata uang asing yang lebih kuat juga bisa menjadi pilihan untuk menjaga daya beli,” papar alumnus Universitas Jenderal Soedirman itu.
Di samping aspek keuangan pribadi, penting pula membangun solidaritas sosial.
Komunitas yang saling membantu dapat meringankan beban di masa sulit, misalnya dengan sistem barter atau berbagi logistik.
“Menjaga solidaritas sosial dan memperkuat jaringan komunitas adalah cara lain untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi,” Baratadewa menjelaskan.
Kewaspadaan terhadap kriminalitas
Antara juga melaporkan bahwa gejolak ekonomi bisa berimbas pada meningkatnya angka kriminalitas.
Oleh karena itu, menjaga keamanan lingkungan harus menjadi prioritas bersama.
Beberapa langkah preventif seperti ronda malam, pemasangan CCTV, hingga penerangan jalan yang memadai, bisa menjadi langkah konkret dalam meningkatkan rasa aman di masyarakat.