Idul Fitri di Tengah Era Digital: Menjaga Kehangatan Silaturahmi di Dunia Maya

2 days ago 13

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Sabtu, April 05, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

 Menjaga Kehangatan Silaturahmi di Dunia Maya
Idul Fitri di tengah era digital: Menjaga kehangatan silaturahmi di dunia maya

PEWARTA.CO.ID - Dulu, Lebaran identik dengan suasana riuh rendah mudik, kehangatan pelukan keluarga besar, dan momen sungkeman yang penuh haru.

Namun, perkembangan zaman mulai mengubah wajah perayaan ini, terutama bagi mereka yang tidak bisa pulang kampung.

Di era digital seperti sekarang, suasana Lebaran terasa berbeda. Bagi banyak orang, notifikasi dari grup WhatsApp keluarga seolah menggantikan dentingan gelas sirup di ruang tamu.

Ucapan "Minal Aidin wal Faizin" tersebar dalam bentuk pesan broadcast, amplop THR berganti menjadi transfer saldo digital, dan silaturahmi lebih sering berlangsung lewat video call dibandingkan tatap muka.

Teknologi telah memberi warna baru dalam merayakan hari raya.

Jika dahulu perjalanan panjang menjadi syarat mutlak untuk bertemu orang tua dan kerabat, kini satu sentuhan di layar ponsel bisa menghubungkan kita dalam hitungan detik.

Namun, apakah kemudahan ini menggeser makna sejati dari Lebaran?

Dari salam hangat ke emoji digital

Momen Lebaran sejatinya merupakan saat yang sakral untuk saling memaafkan dan mempererat hubungan.

Kehangatan itu muncul dari sentuhan langsung, jabat tangan erat, dan tatapan mata yang menyampaikan ketulusan.

Kini, interaksi tersebut sering kali tergantikan oleh pesan singkat seperti "Mohon maaf lahir dan batin" yang diiringi dengan emoji tangan terkatup.

Praktis memang, tapi muncul pertanyaan: apakah maknanya masih sama?

Dalam teori mediatisasi dari Nick Couldry dan Andreas Hepp, disebutkan bahwa media bukan sekadar alat penyampai informasi, melainkan turut membentuk ulang cara kita memahami nilai dan tradisi.

Maka tak heran, jika interaksi yang dulu begitu emosional kini terasa lebih formal, bahkan administratif.

Ketupat dalam layar, THR lewat gawai

Rasanya belum lengkap merayakan Lebaran tanpa sajian khas seperti opor dan ketupat.

Namun kini, bagi mereka yang jauh dari rumah, aroma dapur nenek tergantikan oleh foto-foto makanan yang dibagikan lewat Instagram atau status WhatsApp.

Sebagian orang bahkan memilih layanan pesan antar untuk menikmati hidangan khas Lebaran tanpa perlu repot memasak sendiri.

Sementara itu, fenomena pemberian THR juga mengalami transformasi.

Jika dulu amplop merah berisi uang kertas jadi primadona anak-anak, kini semuanya serba digital.

THR dikirim via e-wallet, dengan notifikasi saldo yang masuk menggantikan senyum bahagia saat menerima amplop.

"Bayangkan, anak-anak yang biasanya menunggu dengan antusias saat menerima amplop Lebaran, kini hanya mendapat notifikasi saldo bertambah di e-wallet mereka."

Menjaga makna, meski lewat layar

Meski berbagai tradisi telah bergeser bentuk, bukan berarti makna Lebaran ikut luntur.

Esensi dari hari kemenangan ini tetaplah tentang kebersamaan, memaafkan, dan berbagi kebahagiaan.

Ada berbagai cara untuk menjaga kehangatan Lebaran meski tak bisa bertemu langsung:

1. Video call yang penuh makna

Alih-alih hanya mengirim pesan ke grup keluarga, sempatkan waktu untuk melakukan panggilan video dengan orang tua atau saudara dekat.

Walau lewat layar, interaksi ini jauh lebih bermakna daripada pesan singkat.

2. Tambahkan sentuhan personal pada THR

Jika berbagi rezeki melalui transfer digital, sisipkan pesan khusus yang menunjukkan perhatian.

Nilainya bukan hanya pada uang yang diberikan, tapi pada kepedulian yang ditunjukkan.

3. Acara virtual bersama keluarga

Meski tak bisa berkumpul secara fisik, bukan berarti tidak bisa berbagi keceriaan.

Adakan momen kebersamaan secara daring, seperti makan bareng lewat video call atau main gim bersama.

4. Kiriman hadiah nyata

Meski dunia digital memudahkan komunikasi, kiriman fisik seperti hampers atau kue kering tetap memiliki kesan tersendiri.

Sentuhan nyata seperti ini bisa jadi pengganti peluk erat yang belum bisa diberikan.

Tradisi yang menyesuaikan zaman

Perubahan bentuk dalam perayaan Idul Fitri bukan berarti menghilangkan nilai tradisinya.

Justru, ini adalah bentuk adaptasi terhadap perkembangan zaman.

Dunia terus bergerak maju, begitu pula cara kita menjalani hari-hari penting seperti Lebaran.

“Jadi, meskipun kini ketupat lebih sering muncul di Instagram dibanding di meja makan, atau ucapan maaf lebih banyak diketik daripada diucapkan, mari kita pastikan makna Lebaran tetap hidup di hati kita.

Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin!”

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |