Nimas Taurina
Sabtu, Mei 03, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilustrasi - Mental breakdown atau nervous breakdown. (Dok. Alodokter.com). |
PEWARTA.CO.ID - Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan seperti saat ini, tidak sedikit orang yang merasa kewalahan secara emosional hingga tak sanggup menjalani aktivitas seperti biasa. Kondisi ini kerap disebut sebagai mental breakdown atau nervous breakdown. Meski bukan gangguan mental secara medis, kondisi ini bisa sangat mengganggu dan berdampak serius terhadap kualitas hidup.
Mental breakdown biasanya muncul sebagai respons terhadap stres berkepanjangan yang tidak ditangani dengan baik. Mulai dari tekanan pekerjaan, masalah keluarga, kehilangan orang tercinta, hingga kelelahan emosional karena tidak ada waktu istirahat, semua bisa menjadi pemicunya. Dalam banyak kasus, kondisi ini juga berkaitan dengan masalah kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, PTSD, atau gangguan penyesuaian (adjustment disorder).
Waspadai gejala mental breakdown ini
Mental breakdown dapat muncul dengan berbagai tanda dan gejala, tergantung dari kondisi emosional dan penyebab yang mendasarinya. Beberapa ciri umum yang sering muncul antara lain:
-
Suasana hati yang berubah drastis, seperti mudah marah, murung, cemas berlebihan, atau merasa putus asa
-
Kehilangan minat terhadap makanan atau aktivitas yang sebelumnya disukai
-
Pola tidur terganggu: susah tidur atau tidur terlalu lama
-
Rasa lelah yang tidak wajar meski tidak beraktivitas berat
-
Sulit fokus hingga pekerjaan terbengkalai
-
Perubahan perilaku sehari-hari, misalnya malas membersihkan rumah padahal biasanya rajin
Selain itu, penderita mental breakdown sering kali mulai menjauh dari lingkungan sosial. Mereka cenderung:
-
Tidak masuk kerja dengan alasan tidak sehat
-
Membatalkan janji dan menghindari acara sosial
-
Mengurung diri di kamar dan enggan bersosialisasi
-
Tidak membalas pesan atau menolak komunikasi dari orang terdekat
Dalam kondisi yang lebih serius, mental breakdown juga bisa menimbulkan halusinasi, delusi, perubahan dorongan seksual, bahkan pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan gejala-gejala seperti ini, sangat disarankan untuk segera mencari bantuan profesional.
Cara mengatasi mental breakdown sebelum terlambat
Menghadapi mental breakdown membutuhkan kesadaran dan upaya perlahan, namun konsisten. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda coba:
1. Istirahat secara fisik dan emosional
Jangan ragu untuk mengambil waktu istirahat sejenak dari rutinitas. Tidur cukup dan relaksasi merupakan langkah awal untuk menyeimbangkan kondisi emosional Anda. Mengistirahatkan pikiran bukan berarti menyerah, melainkan bentuk perhatian terhadap diri sendiri.
2. Ceritakan perasaan Anda ke orang terpercaya
Berbagi cerita dengan sahabat atau keluarga bisa menjadi pelipur lara. Dengan bercerita, beban emosional Anda bisa sedikit berkurang dan Anda merasa tidak sendirian menghadapi semuanya.
3. Lakukan teknik relaksasi
Cobalah teknik pernapasan sederhana: tarik napas dalam melalui hidung, tahan selama tiga detik, dan hembuskan perlahan lewat mulut. Latihan ini bisa membantu menenangkan pikiran. Anda juga bisa mencoba yoga atau meditasi untuk hasil yang lebih maksimal.
4. Tulis jurnal
Menulis jurnal adalah cara yang ampuh untuk memahami emosi sendiri. Tidak perlu tulisan yang indah, cukup tuangkan isi hati dengan jujur. Ini membantu Anda mengurai kekusutan pikiran dan melihat masalah dari sudut pandang yang lebih tenang.
5. Tetap aktif bergerak
Olahraga ringan seperti stretching atau jalan kaki di rumah bisa memicu pelepasan hormon endorfin, hormon bahagia yang membantu meredakan stres. Aktivitas fisik juga memberi rasa pencapaian kecil yang membangun motivasi secara bertahap.
Mental breakdown bukanlah kondisi yang bisa disembuhkan hanya dengan “istirahat sebentar”. Jika Anda telah mencoba berbagai cara namun masih merasa terpuruk atau gejala terus berulang, saatnya mencari bantuan dari profesional.
Layanan konsultasi dengan psikolog, baik secara langsung maupun lewat platform digital, bisa menjadi langkah awal yang penting. Dengan berbicara kepada ahlinya, Anda bisa mendapatkan pemahaman lebih jelas mengenai kondisi Anda, serta penanganan yang tepat sesuai kebutuhan. Dalam beberapa kasus, Anda mungkin juga akan dirujuk ke psikiater untuk perawatan lebih lanjut.
Ingat, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Mengenali gejala sejak dini dan mencari bantuan bukan tanda kelemahan, melainkan bukti keberanian untuk pulih.