Pemerintah Siapkan Tambah Impor Minyak dan LPG dari AS demi Redam Tarif Balasan Trump

1 week ago 21

Pewarta Network

Pewarta Network

Rabu, April 09, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Pemerintah Siapkan Tambah Impor Minyak dan LPG dari AS demi Redam Tarif Balasan Trump
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberi keterangan ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (9/4/2025). (Dok. ANTARA).

PEWARTA.CO.ID - Pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi diplomasi dagang guna menyeimbangkan neraca perdagangan dengan Negeri Paman Sam, menyusul kebijakan tarif resiprokal terbaru dari Presiden AS Donald Trump.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa kajian mengenai potensi tambahan impor tersebut sedang dalam proses. Tujuannya adalah untuk memperkecil selisih neraca perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat yang saat ini masih mencatat surplus besar bagi Indonesia.

“Ini (minyak dan LPG) yang sedang kami kaji untuk kemudian dijadikan salah satu komoditas yang kita beli dari Amerika Serikat,” ujar Bahlil saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (9/4/2025).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia saat ini menikmati surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sekitar 14–15 miliar dolar AS, atau setara Rp237 triliun hingga Rp253 triliun. Presiden terpilih Prabowo Subianto disebut telah memberi instruksi kepada Bahlil untuk mengeksplorasi produk-produk dari AS yang dapat dibeli Indonesia, guna mengurangi ketimpangan neraca tersebut.

Langkah ini juga menjadi respons terhadap kebijakan tarif balasan (resiprokal) yang diumumkan Presiden Trump pada 2 April 2025, yang akan berlaku secara bertahap mulai 5 April, dengan tarif khusus terhadap Indonesia sebesar 32 persen mulai 9 April 2025.

Menariknya, menurut Bahlil, saat ini 54 persen kebutuhan LPG Indonesia memang sudah dipasok dari Amerika Serikat. Selain itu, Indonesia juga mengimpor minyak dalam jumlah besar dari negara tersebut.

Bahlil mengungkapkan bahwa meskipun logika umum menyebut biaya pengiriman dari AS lebih mahal dibanding Timur Tengah, dalam praktiknya harga LPG dari AS bisa bersaing.

“Logikanya, seharusnya lebih mahal (impor dari AS) karena transportasinya. Tapi, buktinya harga LPG dari Amerika Serikat sama dengan dari Timur Tengah. Jadi, saya pikir semua ada cara untuk menghitung,” jelasnya.

Lebih lanjut, Bahlil menegaskan bahwa peningkatan impor dari AS tidak berarti menambah total volume impor minyak dan gas Indonesia. Pemerintah hanya akan mengalihkan sebagian volume dari negara lain seperti Singapura, Timur Tengah, dan Afrika.

“Tidak disetop, volumenya yang mungkin dikurangi,” kata dia.

Artinya, strategi ini bersifat sebagai alih impor, bukan penambahan baru, sehingga tidak akan menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal tersebut juga ditegaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

Ketika ditanya soal kemungkinan impor LNG dari AS, Bahlil menegaskan bahwa fokus pemerintah saat ini hanya pada LPG dan minyak.

“Komoditas lainnya di sektor ESDM itu belum kami hitung karena belum ada kebutuhan juga. Jadi, soal (rencana impor) LNG, saya ngomongnya (impor) LPG aja,” tutupnya.

Sebagai informasi, kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS tidak hanya menyasar Indonesia. Sejumlah negara ASEAN lainnya juga terdampak, seperti Filipina (17%), Singapura (10%), Malaysia (24%), Thailand (36%), Vietnam (46%), dan Kamboja yang terkena tarif tertinggi sebesar 49 persen.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |