Post Holiday Blues vs Burnout: Apa Bedanya dan Bagaimana Menanganinya?

1 day ago 11

Nimas Taurina

Nimas Taurina

Minggu, April 06, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

 Apa Bedanya dan Bagaimana Menanganinya?
Ilustrasi - Post holiday blues vs burnout. (Dok. Freepik).

PEWARTA.CO.ID - Awal tahun sering kali menjadi waktu yang cukup kompleks bagi banyak orang. Di satu sisi, kita baru saja melewati masa liburan yang menyenangkan dan menghangatkan hati. Di sisi lain, kita juga kembali dihadapkan pada rutinitas yang penuh tekanan, baik dalam pekerjaan, studi, maupun tanggung jawab rumah tangga. Dalam transisi tersebut, muncul dua kondisi psikologis yang sering kali sulit dibedakan Post Holiday Blues dan Burnout.

Keduanya sama-sama memunculkan gejala seperti kelelahan, hilang semangat, dan kesulitan berkonsentrasi. Namun, penting untuk mengetahui bahwa meskipun mirip di permukaan, Post Holiday Blues vs Burnout merupakan pertanyaan penting yang wajib dijawab agar kita dapat memahami kondisi mental yang sedang dialami, dan tentu saja, menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya.

Post Holiday Blues adalah kondisi emosional yang bersifat sementara, biasanya muncul sesaat setelah masa liburan berakhir. Menurut American Psychological Association (APA), kondisi ini termasuk bentuk stres ringan yang diakibatkan oleh transisi dari masa menyenangkan menuju rutinitas yang menuntut. Gejala utamanya antara lain sedih, malas, susah konsentrasi, dan kehilangan semangat setelah liburan.

Di sisi lain, Burnout merupakan kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres berkepanjangan, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan atau tanggung jawab berat lainnya. WHO secara resmi mengakui burnout sebagai sindrom dalam klasifikasi penyakit internasional (ICD-11), dengan gejala utama berupa kelelahan ekstrem, sinisme terhadap pekerjaan, dan penurunan kemampuan profesional.

Perbedaan mendasar antara post holiday blues dan burnout dari beberapa aspek penting:

1. Durasi dan intensitas gejala

  • Post Holiday Blues biasanya bersifat jangka pendek. Gejala muncul selama beberapa hari hingga maksimal dua minggu setelah liburan, dan secara alami mereda seiring tubuh dan pikiran kembali menyesuaikan diri dengan rutinitas.

  • Burnout, sebaliknya, berlangsung dalam jangka waktu lebih lama—berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Gejala burnout tidak akan hilang tanpa intervensi nyata, dan bisa berkembang menjadi gangguan mental serius seperti depresi atau gangguan kecemasan.

2. Penyebab utama

  • Post Holiday Blues dipicu oleh perubahan suasana dari relaksasi menuju kesibukan. Perasaan “sedih karena liburan usai” merupakan inti dari sindrom ini.

  • Burnout disebabkan oleh stres kronis dan tekanan berlebih yang tidak tertangani. Misalnya, beban kerja terlalu tinggi, kurang dukungan sosial, atau kurangnya kontrol terhadap pekerjaan.

3. Gejala fisik dan psikologis

Keduanya menunjukkan gejala kelelahan, namun dalam bentuk yang berbeda:

  • Post Holiday Blues cenderung menampilkan gejala ringan seperti malas kerja, mudah lelah, susah bangun pagi, atau merasa kehilangan motivasi.

  • Burnout melibatkan kelelahan ekstrem, insomnia kronis, nyeri kepala atau otot, perubahan pola makan, serta perasaan hampa, sinis, dan putus asa. Menurut Mayo Clinic, burnout bahkan dapat menurunkan sistem imun tubuh.

4. Dampak terhadap produktivitas

  • Post Holiday Blues biasanya hanya mengganggu produktivitas dalam jangka pendek. Setelah beberapa hari, kamu mulai kembali bekerja seperti biasa.

  • Burnout dapat menyebabkan penurunan performa secara drastis dan terus-menerus. Bahkan, kamu bisa mulai membenci pekerjaan, merasa tidak kompeten, dan menarik diri dari tanggung jawab.

Cara menangani masing-masing kondisi. Berikut langkah-langkah praktis:

Menangani post holiday blues

  1. Berikan waktu adaptasi: Jangan langsung memaksa diri untuk bekerja maksimal di hari pertama. Beri waktu untuk tubuh dan pikiran menyesuaikan diri secara perlahan.

  2. Buat aktivitas positif setelah liburan: Jadwalkan hal-hal kecil yang menyenangkan seperti nonton film, olahraga ringan, atau bertemu teman. Ini membantu memperpanjang “efek bahagia” dari liburan.

  3. Tidur dan makan teratur: Kembali ke pola hidup sehat bisa membantu memperbaiki suasana hati secara alami.

  4. Tetapkan tujuan jangka pendek: Menyusun rencana-rencana kecil pasca-liburan bisa memulihkan motivasi yang sempat hilang.

  5. Sadari bahwa ini normal: Post holiday blues adalah hal yang umum. Dengan kesadaran ini, kamu bisa lebih tenang dan tidak menyalahkan diri sendiri.

Menangani burnout

  1. Kenali dan akui kondisimu: Langkah pertama adalah menyadari bahwa kamu tidak baik-baik saja dan butuh bantuan.

  2. Istirahat yang cukup: Burnout tidak akan hilang jika kamu terus memaksakan diri. Ambil cuti, istirahat, dan benar-benar berhenti sejenak dari tuntutan.

  3. Delegasi tugas: Jangan ragu untuk meminta bantuan atau membagi tanggung jawab. Kamu tidak harus mengerjakan semuanya sendirian.

  4. Cari dukungan profesional: Konsultasi dengan psikolog atau terapis sangat disarankan. Mereka bisa membantumu menyusun strategi pemulihan.

  5. Evaluasi lingkungan kerja: Jika burnout disebabkan oleh lingkungan kerja yang toksik, pertimbangkan untuk berdiskusi dengan atasan atau bahkan mencari alternatif karier lain.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |