Saat Rasulullah dan Sahabat Menangis Ditinggal Ramadhan

3 weeks ago 39

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Selasa, Maret 25, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Saat Rasulullah dan Sahabat Menangis Ditinggal Ramadhan
Ilustrasi. (Dok. Unsplash.com)

PEWARTA.CO.ID - Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang tidak mementingkan kesenangan lahiriah semata dalam menjalankan hari-hari terakhir Ramadhan.

Seperti yang ditunjukkan Rasulullah SAW dan para sahabat.

Rasulullah ﷺ dan para sahabat adalah contoh terbaik dalam merasakan perpisahan dengan Ramadhan.

Rasulullah ketika memasuki 10 terakhir Ramadhan semakin memaksimalkan ibadah.

Beliau menghidupkan malam dengan ibadah.

Saat hari terakhir, beliau menangis karena sebentar lagi ditinggal bulan mulia ini.

Mereka menangis dan merasa kehilangan, karena mereka memahami bahwa Ramadhan bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga kesempatan emas untuk meraih ampunan Allah.

Ulasan berikut akan membahas bagaimana Rasulullah ﷺ dan para sahabat menangis saat Ramadhan berakhir, disertai dalil hadis dan Al-Qur'an beserta kitab rujukannya serta nasihat di akhir bulan Ramadhan yang bisa menjadi renungan bagi kita semua.

1. Keutamaan bulan Ramadhan

Sebelum memahami kesedihan Rasulullah ﷺ dan para sahabat saat Ramadhan berakhir, penting bagi kita untuk memahami keutamaannya terlebih dahulu. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)

Hadis juga menyebutkan keutamaan Ramadhan secara khusus, di antaranya:

"Apabila datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Bukhari no. 1899 dan Muslim no. 1079)

Dari hadis di atas, kita memahami bahwa Ramadhan adalah bulan yang istimewa.

Tidak heran jika Rasulullah ﷺ dan para sahabat begitu mencintai bulan ini dan merasakan kesedihan ketika ia berakhir.

2. Rasulullah ﷺ menangis di akhir Ramadhan

Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ selalu beribadah dengan lebih khusyuk dan giat di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Dalam sebuah hadis, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

"Rasulullah apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (Ramadhan), beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan sarungnya." (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

Selain itu, Rasulullah ﷺ juga mengajarkan kepada para sahabat agar berdoa di akhir Ramadhan.

Salah satu doa yang sering beliau panjatkan adalah:

 اللَّهُمَّ تَسَلَّمْهُ مِنَّا مُتَقَبَّلًا، وَلَا تَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَهْدِ مِنَّا

(Ya Allah, terimalah Ramadhan dari kami dan jangan jadikan ini sebagai Ramadhan terakhir kami.)

Doa ini menunjukkan betapa Rasulullah ﷺ tidak ingin kehilangan momen Ramadhan.

Perpisahan dengan bulan ini merupakan sesuatu yang menyedihkan bagi beliau, karena kesempatan besar untuk mendapatkan rahmat dan ampunan Allah akan berlalu.

3. Kesedihan para Sahabat saat Ramadhan berakhir

Para sahabat Rasulullah ﷺ juga merasakan kesedihan yang mendalam di akhir Ramadhan.

Mereka menganggap bahwa Ramadhan adalah tamu yang sangat berharga yang tidak boleh disia-siakan.

Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah menangis ketika Ramadhan hampir berakhir.

Ketika ditanya mengapa ia menangis, ia menjawab:

"Karena aku tidak tahu apakah amalanku di bulan Ramadhan ini diterima atau tidak."

Kesedihan ini bukan hanya karena Ramadhan berakhir, tetapi juga karena mereka memahami bahwa tidak ada jaminan bahwa mereka akan dipertemukan kembali dengan bulan suci ini di tahun berikutnya.

4. Dalil Hadis dan Al-Qur’an beserta tentang perpisahan dengan Ramadhan

Beberapa dalil yang menunjukkan pentingnya merenungi akhir Ramadhan adalah sebagai berikut:

a. Hadis tentang perpisahan dengan Ramadhan

Imam Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman meriwayatkan sebuah hadis yang menyebutkan:

"Jika malam terakhir bulan Ramadhan tiba, langit dan bumi menangis untuk perginya bulan Ramadhan, karena di bulan ini banyak doa yang dikabulkan, sedekah yang diterima, dan dosa yang diampuni." (Syu'abul Iman, Al-Baihaqi, no. 3606)

Hadis ini menunjukkan bahwa bahkan alam semesta pun bersedih ketika Ramadhan berakhir, karena bulan ini adalah waktu di mana rahmat Allah begitu luas.

b. Ayat Al-Qur’an tentang amal yang diterima

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Ma'idah: 27)

Ayat ini menjadi pengingat bahwa yang lebih penting daripada sekadar menjalankan ibadah di bulan Ramadhan adalah bagaimana memastikan bahwa amal tersebut diterima oleh Allah SWT.

5. Nasihat di akhir bulan Ramadhan

Di akhir Ramadhan, ada beberapa nasihat yang bisa kita renungkan agar kita tetap berada dalam keistiqamahan beribadah setelah bulan suci ini berlalu:

a. Mempertahankan konsistensi ibadah

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara konsisten walaupun sedikit." (HR. Muslim no. 783)

Oleh karena itu, meskipun Ramadhan telah usai, kita harus tetap menjaga ibadah seperti shalat malam, membaca Al-Qur'an, dan bersedekah.

b. Menghindari kemunduran setelah Ramadhan

Sebagian orang hanya beribadah dengan giat selama Ramadhan, lalu kembali lalai setelahnya.

Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:

"Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan."

Kita harus berusaha agar ketakwaan yang telah kita bangun selama Ramadhan tetap terjaga sepanjang tahun.

c. Berdoa agar dipertemukan kembali dengan Ramadhan

Sebagian ulama dari kalangan salaf selalu berdoa selama enam bulan setelah Ramadhan agar amal mereka diterima, dan enam bulan berikutnya mereka berdoa agar dipertemukan kembali dengan Ramadhan.

Salah satu doa yang dianjurkan adalah:

 اللَّهُمَّ بَلِّغْنَا رَمَضَانَ وَأَعِنَّا عَلَى صِيَامِهِ وَقِيَامِهِ

(Ya Allah, pertemukanlah kami kembali dengan Ramadhan dan bantulah kami untuk menjalankan puasanya dan qiyamullailnya.)

Kesedihan Rasulullah ﷺ dan para sahabat di akhir Ramadhan adalah bukti betapa mereka menghargai waktu-waktu istimewa ini.

Kita sebagai umat Islam juga seharusnya merasakan hal yang sama, bukan hanya sekadar menikmati suasana Ramadhan, tetapi juga berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai ibadah yang telah kita bangun sepanjang bulan ini.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |