Anak-anak Gaza Bertahan Hidup dalam Kelaparan Ekstrem: Kurang dari Sekali Makan Sehari

6 hours ago 4

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Minggu, April 20, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

 Kurang dari Sekali Makan Sehari
Anak-anak Gaza bertahan hidup dalam kelaparan ekstrem: Kurang dari sekali makan sehari. (Dok. Reuters)

GAZA, Pewarta.co.id – Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk, terutama bagi anak-anak.

Blokade total dan serangan militer intensif dari Israel telah menghancurkan sistem distribusi bantuan dan menyebabkan anak-anak Palestina bertahan hidup dalam kondisi yang sangat menyedihkan bahkan tidak mendapatkan satu kali makan penuh setiap harinya.

Sistem bantuan di ambang kehancuran

Selama 18 bulan terakhir, operasi militer Israel telah mengakibatkan keruntuhan hampir total dalam sistem bantuan kemanusiaan di Gaza.

Dampak dari blokade penuh yang diberlakukan bulan lalu semakin memperparah keadaan.

Laporan terbaru dari koalisi 43 organisasi bantuan internasional dan lokal menyebutkan bahwa sekitar 95 persen dari mereka telah menghentikan atau menangguhkan aktivitas di Gaza karena ancaman pengeboman yang terus berlangsung.

“Pengeboman yang meluas dan membabi buta yang membuat pergerakan menjadi sangat berbahaya,” demikian laporan dari Al Jazeera, Sabtu (19/4/2025).

Bushra Khalil, Kepala Kebijakan dari Oxfam, menegaskan bahwa anak-anak kini hanya mengandalkan makanan seadanya dan sangat jarang makan lebih dari sekali sehari.

"Anak-anak makan kurang dari satu kali makan sehari dan berjuang untuk mendapatkan makanan berikutnya,” kata Khalil.

“Semua orang hanya makan makanan kalengan. Malnutrisi dan daerah-daerah kelaparan jelas terjadi di Gaza,” ujarnya.

Sementara itu, Amande Bazerolle, Koordinator Tanggap Darurat dari Doctors Without Borders di Gaza, menyebut bahwa para pekerja bantuan kini hanya bisa menyaksikan penderitaan rakyat, tanpa daya memberikan pertolongan.

"Ini bukan kegagalan kemanusiaan. Ini adalah pilihan politik, dan serangan yang disengaja terhadap kemampuan masyarakat untuk bertahan hidup, yang dilakukan dengan impunitas,” ujarnya.

Bayi tanpa susu, gizi anak kritis

Krisis pangan tidak hanya berdampak pada anak-anak, tetapi juga bayi yang kini tidak lagi memiliki akses ke susu formula.

Laporan Al Jazeera menyebutkan bahwa Kota Gaza telah benar-benar kehabisan persediaan susu bayi.

“Kami telah melihat banyak kasus kekurangan gizi yang parah. Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan paling dasar mereka, bahkan untuk yang paling rentan anak-anak dan bayi yang baru lahir. Susu formula bayi sebagian besar tidak tersedia di pasar dan apotek,” tulis Al Jazeera.

Kondisi ini menyebabkan banyak bayi dan anak kecil menderita gizi buruk yang berujung pada kematian.

Di Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir el-Balah, seorang warga bernama Fadi Ahmed mengisahkan bagaimana putranya meninggal dunia karena kombinasi infeksi paru-paru dan gizi buruk.

"Infeksi parah di paru-paru anak laki-laki itu, yang menyebabkan kekurangan oksigen yang parah dalam darahnya,” katanya.

“Kelemahan dan kekurangan gizi parah anak laki-laki itu menyebabkan ketidakmampuannya untuk melawan dan kemudian kematiannya ... setelah menghabiskan satu minggu di rumah sakit.”

Kisah serupa datang dari Intisar Hamdan, seorang nenek yang kehilangan cucunya setelah orang tua sang anak tidak berhasil menemukan susu selama tiga hari berturut-turut.

"Anak-anak tidak hanya menderita kekurangan gizi, tetapi juga komplikasi medis serius dan penyakit yang tidak dapat dengan mudah diobati dan membutuhkan persediaan medis yang langka,” lapor Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera.

Data dari Kementerian Kesehatan Gaza mencatat setidaknya 60.000 anak mengalami kekurangan gizi di wilayah ini.

Gaza: “Tempat Paling Mematikan” bagi relawan kemanusiaan

Kondisi genting ini diperparah dengan tingginya angka kematian di kalangan tenaga bantuan.

Gaza kini dikenal sebagai wilayah paling berbahaya bagi pekerja kemanusiaan. Sejak Oktober 2023, lebih dari 400 relawan dan 1.300 tenaga medis telah tewas dalam konflik.

“Pembunuhan baru-baru ini terhadap 15 paramedis dan pekerja penyelamat Palestina, yang jasadnya ditemukan terkubur di kuburan massal, memicu kemarahan global, tetapi banyak pelanggaran dan serangan tidak dilaporkan,” tambah laporan tersebut.

Organisasi bantuan mendesak agar semua pihak yang terlibat dalam konflik termasuk Israel dan kelompok bersenjata Palestina menjamin keselamatan para relawan dan membuka jalur aman untuk distribusi bantuan.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |