Nimas Taurina
Rabu, April 16, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
PEWARTA.CO.ID - Komite Olimpiade Indonesia (KOI) meluncurkan inisiatif terbaru bertajuk Program Indonesian Student Athlete sebagai upaya untuk memperjuangkan sistem pendidikan yang mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan para atlet. Program ini dirancang agar para atlet tetap bisa mengenyam pendidikan tanpa harus mengorbankan karier olahraga mereka.
Ketua Umum KOI, Raja Sapta Oktohari, menyampaikan bahwa pendidikan nasional perlu mulai beradaptasi dengan pola kehidupan atlet yang padat dan penuh komitmen terhadap latihan serta pertandingan.
"Kami ingin agar pendidikan Indonesia juga bisa beradaptasi dengan kebutuhan para atlet dan ofisial untuk bisa menunjang atau memberikan dukungan yang maksimal agar atlet berjuang mendapatkan prestasi olahraga dan tetap mendapatkan pendidikan," ujar Oktohari saat sosialisasi program di Jakarta, Selasa (15/4/2025).
Acara sosialisasi yang digelar di Jakarta tersebut dihadiri oleh ratusan atlet muda, pelatih, dan perwakilan dari berbagai cabang olahraga. Program ini diprakarsai oleh Komisi Budaya dan Edukasi KOI, dan menghadirkan sejumlah tokoh inspiratif seperti lifter legendaris Eko Yuli Irawan, peraih emas Olimpiade Greysia Polii, atlet jetski Aero Sutan Aswar, serta Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian.
Oktohari menuturkan bahwa banyak masukan konstruktif diperoleh dari kegiatan tersebut, yang akan menjadi bahan pembahasan lanjutan dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk di ranah legislatif dan eksekutif.
“Kami akan duduk sama-sama kembali bersama semua stakeholder agar program ini menjadi usulan resmi,” tegasnya.
Salah satu fokus utama program ini adalah mencari solusi terhadap benturan jadwal antara kegiatan belajar dan sesi latihan intensif para atlet. Sebagian besar atlet memulai karier mereka sejak usia dini, yang membuat mereka kerap menghadapi dilema antara mengejar prestasi akademik atau fokus berlatih.
“Jadi waktu mereka apakah diprioritaskan untuk latihan atau belajar, ini yang akan kami coba carikan solusi agar keduanya terpenuhi dan mendapatkan legitimasi dari lembaga pendidikan,” tambah Oktohari.
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyambut positif langkah KOI ini. Ia menilai bahwa atlet memiliki hak untuk mendapatkan akses pendidikan yang fleksibel, demi menjamin kesejahteraan jangka panjang, terutama setelah mereka pensiun dari dunia olahraga.
"Tidak semua atlet bisa menjadi pemenang dan mendapatkan suatu tunjangan yang bagus sehingga ini adalah hal yang sangat penting untuk memikirkan bukan hanya prestasi yang bagus tetapi juga pendidikan yang bagus," ujar Hetifah.
Ia juga menggarisbawahi bahwa ekosistem pendidikan saat ini masih belum cukup adaptif terhadap kebutuhan khusus para atlet. Oleh karena itu, Hetifah menilai pembentukan program Indonesian Student Athlete merupakan pijakan awal yang baik.
"Kami akan buat kajian dan evaluasi menyeluruh supaya ada perubahan kebijakan pendidikan yang lebih ramah terhadap para atlet," lanjutnya.
Langkah awal ini diharapkan menjadi pemantik untuk reformasi kebijakan pendidikan nasional yang lebih inklusif terhadap profesi non-konvensional seperti atlet profesional. KOI bersama Komisi X DPR RI siap menyusun strategi lanjutan agar program ini mendapat dukungan resmi dari pemerintah dan menjadi bagian dari sistem pendidikan yang berkelanjutan.