Kukuhkan Kepemimpinan UMKM Indonesia Menuju ASEAN Vision 2045

2 days ago 13

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Kamis, April 24, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Kukuhkan Kepemimpinan UMKM Indonesia Menuju ASEAN Vision 2045
Arsip foto - Ibu Kim Keon Hee (kiri) melihat berbagai kerajinan tas produksi UMKM Indonesia saat Spouse Program KTT ke-43 ASEAN 2023 di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (6/9/2023). (Dok. ANTARA)

Jakarta, Pewarta.co.id – Sejak pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) pada 2015, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kawasan Asia Tenggara dihadapkan pada tantangan besar.

Munculnya kekhawatiran akan dominasi produk asing, kesenjangan akses pasar, serta rumitnya regulasi menjadi momok yang tidak bisa dihindari.

Namun kini, satu dekade berselang, ASEAN bersiap melangkah lebih jauh melalui inisiatif ASEAN Vision 2045.

Visi ini bukan hanya soal integrasi ekonomi yang lebih erat, tetapi juga transformasi digital, keberlanjutan lingkungan, dan konektivitas lintas negara yang lebih dalam.

Dalam konteks ini, Indonesia menghadapi tantangan sekaligus peluang besar: memosisikan UMKM sebagai pemain utama dalam perekonomian regional.

UMKM sebagai tulang punggung ekonomi

Di Indonesia, UMKM bukan sekadar pelengkap, melainkan motor utama perekonomian.

Mereka menyumbang lebih dari 60% Produk Domestik Bruto (PDB) dan menciptakan sekitar 97% lapangan kerja nasional.

Namun demikian, daya saing UMKM di tingkat regional masih tertinggal.

Masalah mendasar seperti rendahnya adopsi teknologi, keterbatasan inovasi, hambatan pembiayaan, dan minimnya keterhubungan ke pasar ekspor terus menghantui.

Data dari Sekretariat ASEAN menunjukkan kontribusi UMKM terhadap PDB regional sekitar 44,8% dan menciptakan 85% lapangan kerja.

Namun, hanya 20% di antaranya yang telah beralih ke platform digital, menurut laporan e-Conomy SEA 2023 oleh Google-Temasek-Bain.

Sementara di dalam negeri, laporan OJK tahun 2023 mencatat 69,5% UMKM belum memperoleh akses pembiayaan dari sektor perbankan.

Rasio kredit untuk UMKM baru menyentuh angka 20,3%, dengan kredit macet (NPL) sebesar 4,02%.

Kesempatan strategis di tengah transformasi ASEAN

ASEAN Vision 2045 membawa peluang besar melalui konsep pasar digital tunggal, yang memungkinkan UMKM dari negara mana pun menjual produknya ke seluruh kawasan.

Bagi UMKM Indonesia, ini menjadi kesempatan emas, terutama di sektor-sektor unggulan seperti kuliner, kerajinan, pertanian modern, dan produk-produk berkelanjutan.

Keunggulan budaya dan keragaman sumber daya alam memberikan nilai tambah bagi UMKM lokal.

Apalagi, ASEAN Digital Economy Framework yang sedang dikembangkan turut membuka jalur perdagangan digital lintas negara.

Produk khas Indonesia berpotensi menjadi ikon regional, asalkan didukung oleh strategi branding dan logistik digital yang memadai.

Tiga tantangan fundamental

Untuk menjadi pemimpin pasar di kawasan, UMKM Indonesia harus menjawab tiga tantangan krusial:

1. Transformasi digital

Banyak pelaku UMKM belum mengadopsi teknologi karena keterbatasan akses terhadap pelatihan dan pendampingan.

Padahal, menurut Google–Temasek–Bain, hanya 20% UMKM yang sudah benar-benar “go digital”.

2. Aspek legalitas

Rendahnya kepemilikan dokumen legal seperti NIB dan NPWP menjadi hambatan utama dalam mengakses pembiayaan formal.

Rencana Aksi Nasional UMKM 2020–2024 dan laporan OJK–BI (2022) menyebutkan bahwa legalitas yang lemah adalah faktor penghambat utama inklusi keuangan UMKM.

3. Minimnya orientasi ekspor

Kurang dari 15% UMKM di Indonesia yang menembus pasar ekspor, berdasarkan data BPS dan Kementerian Perdagangan tahun 2023.

Sebagian besar pelaku usaha masih berfokus pada pasar domestik.

Peran pemerintah sebagai motor penggerak

Untuk mengubah tantangan menjadi peluang, dukungan pemerintah sangat vital.

Program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) perlu terus diperkuat, khususnya untuk sektor yang mendorong inovasi dan produksi.

Hingga Maret 2025, total Rp44,73 triliun KUR telah disalurkan ke lebih dari 788 ribu debitur. Namun, efektivitas penyaluran dana menjadi sorotan penting.

Pelatihan lintas sektor yang melibatkan BLK Komunitas, politeknik vokasi, dan inkubator bisnis harus digalakkan untuk meningkatkan kemampuan teknologi dan pemasaran digital UMKM.

Penyederhanaan regulasi juga menjadi keharusan agar UMKM tidak terbebani proses administratif yang rumit.

Lebih jauh lagi, Indonesia dapat mengambil peran sentral dalam menyelaraskan kebijakan UMKM di tingkat ASEAN.

Standarisasi produk halal, sertifikasi lingkungan, dan sistem logistik yang terintegrasi dapat mendorong UMKM kita tampil sebagai penggerak utama integrasi ekonomi regional.

Ulasan

Walau dihadapkan pada berbagai keterbatasan, UMKM Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi ujung tombak perekonomian ASEAN.

Fleksibilitas, daya tahan dalam krisis, serta kekuatan lokal yang khas menjadi modal utama. Yang diperlukan kini adalah komitmen nyata dari seluruh pemangku kebijakan dan ekosistem pendukung.

ASEAN Vision 2045 bukan sekadar narasi integrasi kawasan.

Ini adalah panggung bagi Indonesia untuk membuktikan bahwa kekuatan ekonomi akar rumput bisa memimpin dan bersaing di pasar global.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |