Pewarta Network
Rabu, April 16, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
PEWARTA.CO.ID - Penggunaan gawai yang semakin intens di kalangan anak-anak membuat banyak orangtua khawatir akan dampaknya. Namun, menurut dr. Julian Raymond Irwen, SpKJ, seorang dokter spesialis kedokteran jiwa lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), kunci utama untuk mencegah adiksi gawai bukan hanya pada pengawasan, melainkan pada ikatan emosional yang kuat antara orangtua dan anak.
Dalam wawancara eksklusif di Bitung, Tangerang, Banten, dr. Julian menegaskan bahwa pola asuh dan kedekatan emosional memegang peranan penting dalam membentuk kebiasaan anak terhadap penggunaan teknologi.
“Ini tergantung dari pola asuh orang tua dan anaknya, biasanya anak punya hobi, orang tua punya hobi. Intinya, aktivitas apapun yang bisa meningkatkan bonding antara orang tua dan anak itu sangat baik,” kata dr. Julian Raymond Irwen SpKJ.
Menurut dr. Julian, pendampingan dalam penggunaan gawai tidak cukup hanya dengan menemani anak secara fisik. Orangtua perlu terlibat aktif dengan menjadikan aktivitas tersebut sebagai proses belajar. Misalnya, berdiskusi mengenai video atau gim yang sedang dimainkan anak bisa menjadi cara untuk melatih kemampuan berpikir kritis dan komunikasi mereka.
Aktivitas lain yang juga bermanfaat adalah membaca buku bersama atau menghabiskan waktu berkualitas di dalam rumah. Cara ini dapat membuat anak merasa dihargai dan lebih memilih berinteraksi dengan orangtua dibanding berlama-lama dengan gawai.
Bagi anak yang menyukai aktivitas luar ruangan, membangun kebersamaan bisa dilakukan lewat kegiatan seperti bersepeda, berenang, atau menjelajahi kuliner bersama. Jika orangtua memiliki keterbatasan waktu, alternatif lain adalah dengan mendaftarkan anak ke kelas tambahan yang sesuai minat, seperti olahraga atau musik.
“Atau misalnya kalau memang orangtua sedang tidak terlalu punya banyak waktu, kita bisa memberikan anak kegiatan seperti les olahraga seperti berenang, bulu tangkis dan lain sebagainya, atau les yang mungkin berkaitan dengan hobi anak seperti musik,” ucapnya.
Jika penggunaan gawai tak terhindarkan, dr. Julian menyarankan agar orangtua menggunakan fitur parental control dan menyepakati batas waktu penggunaan dengan anak. Komitmen ini sebaiknya juga disepakati bersama anggota keluarga lainnya seperti kakek dan nenek, agar anak mendapatkan pengawasan yang konsisten.
“Indonesia ini sangat kultural dan komunal. Anak enggak hanya tinggal sama ayah dan ibu, tapi ada nenek. Jadi harus ada komitmen bersama, sehingga anak punya role model ideal karena pembentukan karakter dan kebiasaan ditentukan dimulai dari rumah,” kata Julian.
Lebih dari sekadar mengatur, orangtua juga diharapkan menjadi panutan dalam penggunaan gawai. Dengan menunjukkan perilaku yang sehat dan bijak terhadap teknologi, anak pun akan lebih mudah meniru dan menerapkan kebiasaan positif tersebut.