Hammad Hendra
Rabu, April 16, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Sulawesi Utara diperkuat jadi sentra hilirisasi dan ekspor perikanan timur Indonesia. (Dok. KKP) |
PEWARTA.CO.ID - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus memperkuat posisi strategis Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) sebagai pusat hilirisasi industri perikanan sekaligus pintu gerbang ekspor dari kawasan timur Indonesia.
Upaya ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam membangun ekosistem kelautan yang berdaya saing tinggi di pasar global.
Selama tahun 2024, nilai ekspor perikanan dari Sulut mencatatkan capaian yang menggembirakan.
"Sepanjang tahun 2024, kinerja ekspor perikanan dari Provinsi Sulawesi Utara mencatatkan nilai signifikan sebesar 172,5 juta dolar AS dengan volume ekspor mencapai 27,7 juta kilogram," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Tornanda Syaifullah, dalam pernyataan resminya di Jakarta, Selasa.
Tiga komoditas utama yang menjadi tulang punggung ekspor dari provinsi ini adalah Tuna, Cakalang, dan Tongkol (TCT).
Ketiganya menyumbang sekitar 95 persen dari total nilai ekspor, yakni sebesar 165 juta dolar AS.
Produk hasil olahan seperti loin, fillet, hingga makanan beku siap saji menjadi bukti nyata kesuksesan program hilirisasi yang dicanangkan KKP.
“Produk-produk tersebut telah melalui proses pengolahan dalam bentuk loin, fillet, dan produk beku siap saji, mencerminkan keberhasilan strategi hilirisasi perikanan yang dijalankan KKP,” ujar Tornanda.
Amerika Serikat tercatat sebagai tujuan utama ekspor dengan nilai 54,8 juta dolar AS, disusul kawasan Timur Tengah (38 juta dolar AS), Jepang (25,1 juta dolar AS), dan negara-negara ASEAN (17 juta dolar AS).
Distribusi ini menunjukkan luasnya pasar yang berhasil dijangkau produk perikanan Sulut.
Lebih dari sekadar mendorong peningkatan ekspor, hilirisasi juga diarahkan untuk mendukung kebutuhan domestik, khususnya dalam program strategis pemerintah seperti makan bergizi gratis dan penguatan ketahanan pangan.
Dalam konteks ini, salah satu kunci utama adalah optimalisasi rantai dingin untuk menjaga mutu dan daya saing produk dari tahap produksi hingga ekspor.
“Penerapan sistem rantai dingin terintegrasi, mulai dari kapal penangkap, pelabuhan perikanan, unit pengolahan ikan (UPI), hingga cold storage dan transportasi ekspor, menjadi tulang punggung hilirisasi di Sulawesi Utara,” ucapnya.
Selain itu, peningkatan kapasitas dan produktivitas UPI juga menjadi perhatian KKP.
Dukungan berupa fasilitas pengolahan serta pelatihan dan pembinaan pelaku usaha terus diperkuat.
Saat ini, terdapat 68 UPI skala menengah hingga besar yang tersebar di Sulawesi Utara, dengan konsentrasi tertinggi di Kota Bitung.
Strategi lain yang dilakukan KKP mencakup revitalisasi sistem logistik berbasis cold chain, promosi dagang, pembukaan akses pasar, penguatan kemitraan ekspor, hingga pendampingan koperasi nelayan dan pelaku UMKM sektor pengolahan hasil laut.
Hasil olahan dari hilirisasi juga diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri melalui program makan bergizi.
“KKP akan terus berkomitmen memperkuat ekosistem hilirisasi di Sulawesi Utara dan wilayah lainnya, agar sektor kelautan dan perikanan Indonesia menjadi pilar utama pembangunan nasional berbasis sumber daya kelautan dan perikanan,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono juga menekankan pentingnya program ekonomi biru sebagai pendekatan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil perikanan nasional agar mampu bersaing di pasar internasional.