Pewarta Network
Rabu, April 30, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Maskot aplikasi edukasi bahasa Duolingo, Duo. (Dok. ANTARA). |
PEWARTA.CO.ID - Duolingo, aplikasi pembelajaran bahasa populer, secara terbuka mengumumkan rencananya untuk mengalihkan sejumlah pekerjaan dari tangan manusia ke sistem kecerdasan buatan (AI). Langkah ini akan dimulai dengan mengurangi ketergantungan pada pekerja kontrak dan mitra eksternal untuk pekerjaan-pekerjaan yang kini bisa ditangani oleh AI.
Pengumuman ini disampaikan langsung oleh CEO sekaligus salah satu pendiri Duolingo, Luis von Ahn, dalam sebuah email internal kepada seluruh karyawan dan juga dipublikasikan melalui akun LinkedIn resmi perusahaan.
Mengutip laporan dari The Verge pada Selasa (30/4), Luis von Ahn menegaskan bahwa perubahan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dalam mengadopsi teknologi AI secara lebih mendalam. Ia menyebut, sebagai perusahaan berbasis teknologi, Duolingo harus menyesuaikan proses kerjanya dengan perkembangan kecerdasan buatan yang semakin pesat.
“Sebagai perusahaan yang menggunakan AI, itu artinya kami perlu menata ulang cara kerja kami,” tulis Luis dalam email tersebut.
Langkah awal yang diambil termasuk penyesuaian sistem perekrutan dan evaluasi kinerja, serta mengidentifikasi tugas-tugas yang masih membutuhkan keterlibatan manusia karena tidak bisa sepenuhnya diotomatisasi.
Meski terlihat seperti pemangkasan tenaga kerja, Luis menampik anggapan bahwa Duolingo berusaha menggantikan manusia dengan mesin. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa perusahaan ingin menghilangkan beban kerja berulang yang bisa diselesaikan oleh AI agar karyawan tetap bisa fokus pada aspek-aspek kreatif dan tantangan strategis lainnya.
“Kami tidak menggantikan orang dengan AI, melainkan menggantikan pekerjaan berulang agar tim kami bisa melakukan pekerjaan yang lebih berarti dan kreatif,” jelas Luis.
Menurutnya, perubahan ini memungkinkan para karyawan untuk memberikan kontribusi yang lebih besar dalam inovasi produk, sekaligus meningkatkan efisiensi kerja perusahaan secara menyeluruh.
Lebih jauh, Luis menjelaskan bahwa penggunaan AI bukan hanya soal efisiensi, tapi juga berkaitan langsung dengan misi utama Duolingo: menyediakan akses pembelajaran bahasa secara luas dan cepat. Untuk mencapai skala global, Duolingo memerlukan produksi konten dalam jumlah besar, dan cara manual dinilai tidak akan cukup efisien.
“Kami perlu membuat konten dalam jumlah besar, dan melakukannya secara manual tidak akan berhasil. Salah satu keputusan terbaik yang kami buat baru-baru ini adalah mengganti proses pembuatan konten manual yang lambat dengan yang didukung oleh AI. Tanpa AI, kami akan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk meningkatkan konten kami ke lebih banyak pelajar. Kami berutang kepada pelajar kami untuk memberi mereka konten ini secepatnya,” ungkap Luis von Ahn.
Dengan kata lain, AI dipandang sebagai katalis yang mempercepat misi edukasi global Duolingo, terutama dalam menghadirkan materi pelajaran yang relevan, mudah diakses, dan berkualitas tinggi kepada jutaan pengguna di seluruh dunia.
Langkah Duolingo ini mencerminkan tren yang lebih luas di industri teknologi, di mana AI mulai menggantikan fungsi-fungsi tertentu yang selama ini dikerjakan oleh manusia. Meski masih menjadi perdebatan di banyak sektor, efisiensi dan skalabilitas yang ditawarkan AI membuat perusahaan-perusahaan semakin yakin untuk mengintegrasikannya ke dalam sistem kerja mereka.
Duolingo menjadi salah satu perusahaan edtech besar pertama yang secara terbuka dan strategis memanfaatkan AI untuk efisiensi operasional tanpa menghilangkan nilai kemanusiaan di dalamnya. Keputusan ini tentu menjadi sinyal kuat bahwa masa depan industri edukasi digital akan sangat bergantung pada perpaduan manusia dan mesin.