Menperin Dorong Ekspansi Ekspor dan Penguatan Daya Saing Industri Otomotif

1 day ago 12

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Rabu, Mei 28, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Menperin Dorong Ekspansi Ekspor dan Penguatan Daya Saing Industri Otomotif
Menperin dorong ekspansi ekspor dan penguatan daya saing industri otomotif. (Dok. ANTARA/Kemenperin)

PEWARTA.CO.ID - Pemerintah terus menggenjot pertumbuhan sektor otomotif nasional agar mampu bersaing di pasar global.

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, menekankan pentingnya peningkatan daya saing, adopsi prinsip industri hijau, serta perluasan ekspor sebagai langkah strategis untuk mendorong kemajuan industri otomotif Tanah Air.

Hal ini disampaikannya saat meninjau PT Yuasa Battery Indonesia, salah satu pemain utama dalam industri baterai otomotif domestik.

Perusahaan ini dikenal sebagai produsen aki kendaraan bermotor dan baterai industri yang telah aktif berkontribusi dalam pembangunan sektor komponen otomotif nasional.

"Kami berharap Yuasa sebagai market leader dalam produk aki kendaraan juga terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan pasar produk-produk tersebut, sehingga target NZE yang dicanangkan pemerintah pada 2060, bisa terlaksana dengan waktu yang sudah ditargetkan Kemenperin, yaitu 10 tahun lebih cepat, pada 2050,” kata dia di Jakarta, Rabu.

Yuasa telah memproduksi berbagai jenis aki seperti aki kering (maintenance-free), aki basah, serta baterai industri termasuk VRLA dan deep cycle.

Semua produk tersebut telah memenuhi standar mutu nasional dan internasional, dengan dukungan laboratorium pengujian bersertifikasi ISO 9001:2015 dan ISO 14001:2015.

Perusahaan ini mampu memproduksi sekitar 9 juta unit aki motor dan 1,2 juta unit aki industri setiap tahun.

Selain berkontribusi lewat produk, Yuasa juga memperkuat ekosistem industri nasional melalui kemitraan dengan pelaku industri baik di sektor hulu maupun hilir.

Ini mencakup kolaborasi dengan pemasok bahan baku lokal hingga penyedia sistem energi cadangan untuk sektor seperti telekomunikasi, perbankan, dan otomotif.

Menteri Perindustrian juga menyoroti perlunya peningkatan produktivitas dan daya saing industri melalui teknologi dan pengembangan SDM.

“Kami sangat terbuka untuk perusahaan bisa bekerja sama dengan SMK, politeknik, dan balai-balai Kemenperin, guna menyuplai tenaga kerja yang kompeten dan adaptif terhadap perkembangan teknologi,” katanya.

Dengan kapasitas produksi yang besar dan mutu produk yang sudah diakui, Yuasa disebut memiliki peluang kuat untuk menjadi pemimpin ekspor di pasar global.

Pemerintah pun siap mendukung upaya ekspansi tersebut lewat promosi dagang dan penguatan merek produk Indonesia di luar negeri.

Dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, pemerintah juga menekankan pentingnya penerapan prinsip industri hijau.

Oleh karena itu, perusahaan seperti Yuasa didorong untuk mengupayakan sertifikasi Green Industry Label.

"Saya mendorong Yuasa untuk menargetkan sertifikasi Green Industry Label, tentu prosesnya akan kami kawal,” jelas Menperin.

Menperin pun optimis bahwa dengan pengalaman panjang selama lima dekade, Yuasa akan terus memberikan kontribusi signifikan bagi transformasi Indonesia menjadi negara industri yang mandiri, tangguh, dan berkelanjutan.

“Saya percaya, dengan visi dan inovasi yang terus diperkuat, Yuasa akan tetap relevan dan menjadi pemimpin dalam industri baterai Indonesia, bahkan di tingkat global,” kata dia.

Dari sisi data, Menperin mengungkap bahwa menurut World Bank dan United Nations Statistics, nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada tahun 2023 mencapai 255,96 miliar dolar AS.

Angka ini merupakan rekor tertinggi dan menempatkan Indonesia dalam 12 besar negara manufaktur dunia.

Di kawasan Asia, Indonesia menduduki peringkat kelima setelah China, Jepang, India, dan Korea Selatan, serta menjadi yang teratas di ASEAN, melampaui Thailand dan Vietnam.

Sebagai perbandingan, MVA rata-rata global tercatat sebesar 78,73 miliar dolar AS, sementara rerata historis Indonesia berada di angka 102,85 miliar dolar AS.

Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas pada kuartal I tahun 2025 tercatat 4,31 persen.

Meski mengalami perlambatan, kontribusinya terhadap PDB justru meningkat menjadi 17,50 persen, baik secara kuartalan (naik 0,19 persen) maupun tahunan (naik 0,3 persen).

“Saya ingin men-challenge siapapun itu, yang mengatakan bahwa Indonesia sedang dalam tahap deindustrialisasi, sama sekali tidak benar. Bisa terlihat dari data yang saya sampaikan terkait MVA, catatan ekspor dan impor yang berasal dari industri manufaktur, serta capaian investasi dari industri manufaktur,” kata Menperin.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |