Harga Beras Global Turun, Pemerintah Pastikan Petani Lokal Tetap Dilindungi

14 hours ago 7

Hammad Hendra

Hammad Hendra

Sabtu, Mei 17, 2025

Perkecil teks Perbesar teks

Harga Beras Global Turun, Pemerintah Pastikan Petani Lokal Tetap Dilindungi
Petani panen gabah menggunakan mesin. (Dok. Bapanas)

PEWARTA.CO.ID - Penurunan harga beras di pasar internasional menjadi sorotan, namun pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk tetap melindungi petani lokal dari dampak fluktuasi harga global.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menekankan bahwa pemerintah akan terus menjaga harga gabah dan beras di tingkat dalam negeri agar petani tidak dirugikan.

“Komitmennya pemerintah, Pak Prabowo selalu sampaikan, petani kita dijaga. Jadi Rp6.500 harga GKP (gabah kering panen), mau harga naik, harga turun, minimal Rp6.500 (per kilogram/kg) Bulog beli,” ujar Arief saat ditemui usai rapat koordinasi di kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Jumat (16/5/2025).

Menurut Arief, meskipun tren harga beras internasional menurun, Indonesia tidak serta-merta menyesuaikan harga domestik.

Hal ini dilakukan demi memastikan keberpihakan kepada petani dalam negeri tetap terjaga.

Ia menambahkan bahwa fluktuasi produksi dalam beberapa bulan mendatang juga dapat memicu kenaikan harga gabah.

“Kalau besok produksinya turun, harga gabah 2-3 bulan ke depan harga gabahnya akan naik, karena produksinya akan mulai turun. Harga gabah minimal tetap dijaga di Rp6.500 (per kg),” katanya.

Turunnya harga beras global, lanjut Arief, dipicu oleh kebijakan ekspor India. Sebelumnya, India sempat menyetop ekspor beras demi kebutuhan dalam negeri, namun kini mulai membuka kembali kran ekspornya.

Kondisi ini menyebabkan lonjakan pasokan di pasar global dan memicu koreksi harga.

“Dua tahun lalu India itu membanned, tidak ada ekspor untuk seluruh negara karena mereka ada kebutuhan dalam negeri. Kemudian dalam beberapa waktu terakhir sudah dibuka. Artinya, begitu India membuka pasar, kemudian Indonesia tidak mengimpor sebanyak sebelumnya, itu jenuh. Jenuh berarti harga turun,” jelasnya.

Saat ini, harga beras dunia tercatat berada pada kisaran US$ 390 hingga US$ 460 per metrik ton.

Arief menjelaskan bahwa kondisi tersebut mencerminkan besarnya pengaruh dinamika suplai dan permintaan terhadap harga di pasar global.

“International rice market itu memang tergantung supply and demand. Pada saat itu India tidak mengeluarkan berasnya, kemudian El Nino, produksi itu berkurang, sehingga memicu kenaikan harga. Kalau sekarang harga beras di Indonesia relatif stabil,” ujarnya.

Ia juga mengapresiasi strategi impor beras yang dilakukan secara selektif dan hati-hati oleh pemerintah pada tahun sebelumnya.

Menurutnya, hal ini berperan penting dalam menjaga keseimbangan antara ketersediaan stok dan kestabilan harga gabah petani.

“Perlu diketahui, pada waktu kita melakukan importasi satu tahun lalu, importasi yang dilakukan adalah importasi yang terukur. Sehingga harga gabah di tingkat petani tidak jatuh. Importasinya dihitung dengan cermat. Harga di konsumen bisa dimanage, inflasinya dijaga, volatile food juga sangat baik. Nah ini yang harus dipertahankan,” ucap Arief.

Lebih lanjut, Arief menyampaikan bahwa Indonesia kini memiliki cadangan pangan yang kuat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2022.

Cadangan ini menjadi faktor penting dalam pengendalian inflasi dan kestabilan harga pangan nasional.

“Kalau kita punya stok banyak, punya cadangan pangan pemerintah seperti dengan Perpres 125/2022, kita bisa lihat hasilnya seperti hari ini. Volatile food kita di 3%, inflasi nasional 1,5%. Inflasi terbaik dari tahun 1958. Ini kan prestasi buat kita. Petaninya dijagain, karena perintah presiden harga GKP harus Rp6.500 (per kg),” pungkasnya.

Read Entire Article
Bekasi ekspress| | | |