Hammad Hendra
Selasa, Mei 20, 2025
Perkecil teks Perbesar teks
![]() |
Ilsutrasi. Kelapa Indonesia: 'Pohon Surga' yang membius Eropa, kini picu krisis domestik. (Dok. Ist) |
PEWARTA.CO.ID - Indonesia tengah menghadapi kelangkaan pasokan kelapa parut di pasar lokal.
Fenomena ini dipicu oleh pergeseran preferensi petani yang lebih memilih mengekspor kelapa bulat ke luar negeri, khususnya ke China, mengingat harga jual yang jauh lebih menggiurkan.
Akibatnya, ketersediaan kelapa dalam negeri menjadi sangat terbatas.
Warisan sejarah: Ketika kelapa nusantara menarik perhatian dunia
Sejak masa penjajahan, kelapa Indonesia sudah mendapat tempat istimewa di mata bangsa asing, terutama Eropa.
Ketertarikan ini tidak hanya bersifat ekonomi, tapi juga kultural dan medis.
Penelitian bertajuk "Cocos nucifera (L.) (Arecaceae): A phytochemical and pharmacological review" (2015) mengungkapkan bahwa pohon kelapa (Cocos nucifera) berasal dari kawasan tropis Asia Tenggara dan Pasifik, termasuk Indonesia.
Tanaman ini hanya bisa tumbuh optimal di daerah beriklim panas dan lembap, sehingga sejak dulu menjadi ciri khas negara-negara tropis seperti Indonesia.
Saat bangsa Eropa datang ke tanah Nusantara, mereka tak hanya tertarik pada kekayaan rempah-rempah, tetapi juga pada kelapa.
Tanaman ini kemudian mereka bawa ke berbagai wilayah jajahan tropis lain untuk dibudidayakan.
Dijuluki 'Pohon Surga' karena manfaatnya yang luas
Karena kegunaan kelapa yang sangat beragam dari akar, batang, daun, buah, hingga airnya muncullah sebutan istimewa: Kalpavriskha, atau “pohon surga”.
Julukan ini menunjukkan betapa pentingnya kelapa bagi kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan, obat, maupun produk olahan lainnya.
Salah satu bukti historis mengenai penghargaan bangsa Eropa terhadap kelapa Indonesia tercatat dalam arsip Belanda tahun 1922 berjudul De Nuttige Planten van Nederlandsch-Indie karya K. Heyne.
Di sana disebutkan bahwa kelapa dari Indonesia dianggap sebagai salah satu varietas terbaik di dunia.
Orang Eropa menganggap kelapa asal Indonesia memiliki banyak manfaat dan berkhasiat tinggi, salah satunya karena masyarakat lokal pandai memanfaatkannya sebagai obat tradisional.
"Dalam banyak laporan yang sangat akurat, akar kelapa punya rasa tajam dan sepat. Tapi, sangat bermanfaat untuk diare dan demam," tulis arsip tersebut.
Contohnya, akar kelapa yang bagi sebagian orang dianggap tidak berguna ternyata memiliki efek medis yang nyata, terutama dalam menangani demam dan diare, sebagaimana diamati langsung oleh kolonial terhadap kebiasaan pengobatan masyarakat pribumi.
Kelapa ijo: Ciri khas Indonesia yang mendunia
Salah satu jenis kelapa yang paling menarik perhatian adalah kelapa ijo, yang dalam catatan kolonial disebut hanya ditemukan di Indonesia.
Kelapa ini dikenal luas karena kemampuannya mengatasi keracunan dan berbagai penyakit serius.
Namun, bangsa Eropa tidak menggunakan air kelapa secara langsung, melainkan mengolahnya menjadi sirup atau kecap.
Dalam kajian modern, diketahui bahwa kelapa ijo atau green coconut juga ditemukan di negara lain, meski sering diklasifikasikan sebagai kelapa muda yang belum matang sempurna.
Minyak kelapa: Rahasia kecantikan dan kesehatan
Tak hanya buah dan airnya, minyak dari kelapa Indonesia pun menjadi produk favorit bangsa Eropa.
Minyak kelapa digunakan untuk merawat rambut, membantu mengatasi kutu, dan memberikan efek rambut hitam, berkilau, dan panjang.
Di samping itu, minyak kelapa juga dipercaya berkhasiat menyembuhkan wasir.
Karena manfaat-manfaat tersebut, industri pengolahan minyak kelapa untuk keperluan kesehatan sudah mulai berkembang sejak tahun 1920-an, dan produk-produknya diekspor ke berbagai negara di Eropa.
"Di Eropa, terutama Prancis, minyak kelapa memiliki reputasi sebagai pemicu pertumbuhan rambut dan digunakan sebagai gel. Bahkan, dalam ilmu farmasi dikategorikan sebagai obat," ungkap arsip tersebut.
Kelapa: Dulu diburu Eropa, kini dikuasai pasar Vhina
Meskipun warisan dan khasiat kelapa Indonesia telah diakui sejak ratusan tahun lalu, situasi terkini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara permintaan ekspor dan kebutuhan dalam negeri.
Permintaan tinggi dari China atas kelapa bulat menyebabkan berkurangnya pasokan untuk kebutuhan lokal, termasuk industri olahan seperti santan dan kelapa parut.
Fenomena ini mengingatkan kita kembali akan pentingnya menjaga keseimbangan antara pasar ekspor dan konsumsi domestik, agar warisan “pohon surga” ini tidak justru menyusahkan negeri asalnya sendiri.